Survei ini digelar dalam kurun waktu 1-15 September 2021.
"Umumnya banyak yang menyatakan secara lebih pasti mungkin divaksinasi 67 persen dibandingkan mereka yang menyatakan tidak ingin divaksin hanya 34 persen," kata Perwakilan John Hopkins Center for Communication Programs Douglas Storey dalam diskusi secara daring bertajuk "Urgensi Percepatan Vaksinasi bagi Kelompok Rentan", Rabu (13/10/2021).
Douglas mengatakan, alasan para responden di Indonesia tak ingin divaksinasi paling banyak karena cemas dengan efek samping.
"49 persen beralasan cemas tentang efek samping dan 37 persen masih menunggu untuk melihat apakah aman," ujarnya.
Di samping itu, survei ini menunjukkan 43 persen kelompok lansia usia (lansia) tidak ingin divaksinasi. Sementara, lansia yang ingin divaksinasi hanya 19 persen.
Penyebabnya, kata dia, dari mereka yang tak ingin divaksinasi memiliki alasan yaitu takut dengan efek samping (44 persen) dan meyakini dirinya tak memerlukan vaksin (19 persen).
"Penyampaian pesan terkait manfaat vaksin Covid-19 perlu difokuskan kepada lansia," ujarnya.
Adapun dashboard survei vaksin dan perilaku Covid-19 ini merupakan kolaborasi John Hopkins dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Global Outbreak Alert and Response Network (GOAR), University of Maryland dan Carnegie Mellon University Delphi Group.
Responden didapatkan melalui Facebook dan telah mencapai sekitar 14 juta responden sejak bulan Mei yang lalu, dan data ini diperbaharui dalam 2 pekan.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/13/11370591/survei-john-hopskins-34-persen-responden-ri-tak-bersedia-divaksinasi