Jazilul mengatakan, tanggal itu dipilih karena PKB tidak ingin kampanye pemilu berlangsung selama bulan suci Ramadhan yang jatuh pada bulan Maret-April 2024 mendatang.
"Bagi kami bulan Februari sebelum Ramadhan, kalau Ramadhan ini politik identitas juga akan lebih kuat, terus yang kemudian penggunaan simbol-simbol agama, yang seharusnya halal bihalal buat acara kerukunan jadi acara rasan-rasan," kata Jazilul dalam acara rilis survei SMRC, Kamis (7/10/2021).
Jazilul mengatakan, penentuan tanggal hari pencoblosan Pemilu akan memiliki dampak elektroal bagi partai-partai politik.
Ia mencontohkan, jika Pemilu digelar pada 15 Mei 2024 sebagaimana usul pemerintah, PKB juga mesti mempersiapkan rencana apa yang akan dilakukan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Oleh sebab itu, Jazilul menyatakan, PKB memilih agar Pemilu digelar pada 15 Februari 2024, atau sebelum bulan Ramadhan agar tidak mengganggu jalannya ibadah di bulan suci tersebut.
"Kami berharap juga setidaknya kalau terjadi pemilihan, pileg tidak terjadi pada bulan Ramadhan kampanyenya atau puncak kampanyenya karena itu akan menodai kemuliaan bulan Ramadhan karena bagi PKB ini beda lagi siasatnya," ujar wakil ketua MPR itu.
Hingga kini, belum ada keputusan mengenai hari pencoblosan Pemilu 2024 mendatang.
Di satu sisi, KPU mengusulkan agar hari pencoblosan jatuh ada 21 Februari 2024, sedangkan pemerintah menginginkan agar Pemilu digelar pada 15 Mei 2024.
Sedianya, Komisi II bersama pemeirntah dan penyelenggara pemilu mengadakan rapat pada Rabu (6/10/2021) ini untuk memutuskan hal tersebut.
Namun, rapat ditunda dan keputusan soal hari pencoblosan Pemilu 2024 akan diambil setelah DPR menyelesaikan masa reses.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/07/17370441/pkb-ingin-pemilu-digelar-februari-2024-agar-kampanye-tak-berlangsung-saat