JAKARTA, KOMPAS.com - Watchdoc Documentary Maker mendapat penghargaan Ramon Magsaysay. Watchdoc adalah rumah produksi audio visual atau studio film dokumenter.
Rumah produksi ini berdiri pada 2009, yang didirikan oleh dua Jurnalis yaitu Andhy Panca Kurniawan dan Dandhy Laksono.
Dalam akun YouTube-nya, Watchdoc telah memproduksi sebanyak 165 episode dokumenter dan 715 feature televisi. Di antaranya adalah The Mahuzes (2015), Asimetris (2018), Sexy Killers (2019), The EndGame (2021), dan Kinipan (2021)
Selama 12 tahun berdiri, Watchdoc tidak hanya menghasilkan karya-karya dokumenter yang bertema "keras." Tetapi, Watchdoc juga banyak menghasilkan kisah inspiratif yang ringan.
Karya-karya Watchdoc didistribusikan melalui berbagai platform, dari kampung ke kampung lewat layar tancap atau nonton bareng, di sekolah-sekolah dan kampus, hingga jejaring bioskop komersial, televisi, dan kini internet.
Sebelum meraih Raymon Magsaysay, pada awal tahun 2021 Watchdoc mendapat penghargaan Gwangju Prize for Human Rights. Selain itu, 45 karya video komersial dan non komersial milik Watchdoc juga pernah memperoleh berbagai penghargaan.
Watchdoc meraih penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori Emergent Leadership.
Selain itu, Watchdoc menjadi organisasi pertama yang mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay kategori Emergent Leadership. Sebelumnya, semua peraih perhargaan dalam kategori ini adalah individual.
Penghargaan ini diberikan karena film-film dokumenter Watchdoc dianggap masuk dalam jurnalisme investigasi yang menggunakan platform baru dan kreatif dalam menyoroti masalah sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Selain itu, Watchdoc juga dianggap memberdayakan komunitas yang terpinggirkan dan rentan, serta menginspirasi kaum muda untuk mencari kebenaran.
"Karya-karya Watchdoc mengangkat sesuatu yang tak banyak dibicarakan atau dihindari orang, dan mendistribusikannya kepada generasi baru,” kata Presiden Ramon Magsaysay Award Foundation Susan Afan dari Manila, Filipina, seperti dikutip dari Kompas.id, Rabu (1/9/2021).
Selain Watchdoc, ada empat penerima lainnya yang meraih penghargaan Ramon Magsaysay dari berbagai negara di Asia tahun ini, yaitu ilmuwan Firdaus Qadri dari Bangladesh yang mengembangkan vaksinasi berbagai penyakit, Amjad Saqib dari Pakistan yang menciptakan kredit berbunga nol persen untuk jutaan warga miskin.
Kemudian, Roberto Ballon, nelayan Filipina yang menyelamatkan mata pencarian ribuan nelayan lain lewat gerakan konservasi laut dan pesisir, dan Steven Muncy yang puluhan tahun bekerja untuk pengungsi perang, bencana alam, hingga konflik sosial di negara-negara Asia Tenggara, seperti Myanmar, Laos, Thailand, dan Filipina.
Berdasarkan data situs resmi Raymon Magsaysay, sebelum Watchdoc ada sejumlah individu dan organisasi dari Indonesia yang pernah menerima Raymon dalam berbagai kategori, di antaranya adalah Mochtar Lubis (1958), Ali Sadikin (1971), Abdurrahman Wahid (1993), Pramoedya Ananta Toer (1995), Ahmad Safi’i Maarif (2008), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (2013).
Beberapa tokoh yang dikenal secara global juga pernah mendapat penghargaan Raymon Magsaysay, antara lain, Dalai Lama dari Tibet (1958) dan Bunda Teresa dari India (1962).
Penghargaan Ramon Magsaysay sering disebut juga sebagai Nobel versi Asia. Penghargaan ini diberikan sejak 1957 kepada individu atau organisasi yang dianggap unggul di bidang masing-masing.
Nama penghargaan diambil dari nama Presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1957. Raymon dikenang sebagai pemimpin yang membawa Filipina ke era keemasan dengan iklim demokrasi yang baik dan bebas korupsi.
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/01/17213151/profil-watchdoc-rumah-produksi-yang-dapat-penghargaan-ramon-magsaysay