Salin Artikel

Dorong Transparansi Data Covid-19, Epidemiolog Ingatkan RI Pengalaman Buruk Tanzania

Hal itu ia sampaikan karena menilai bahwa data Covid-19 di Indonesia, terkhusus soal kematian, kasus, dan testing masih minim keterbukaan dan akurasi.

"Transparansi data ini amat sangat penting. Dalam berbagai macam wabah sebelumnya, berbagai macam wabah tidak ada yang berubah terkait prinsip keterbukaan data. Data-data ini minim keterbukaan dan juga akurasi," kata Dicky dalam diskusi Berburu Rente di Tengah Krisis: Siapa di Balik Distribusi Ivermectin? pada Kamis (22/7/2021).

Kendati demikian, Dicky mengungkapkan bahwa minimnya keterbukaan data terhadap wabah juga terjadi di berbagai negara.

"Tentang data kematian dan kasus Covid-19 di banyak negara yang terutama negara berkembang. Tapi bukan berarti negara maju enggak ada ya. Ada negara maju yang juga seperti itu, dan dua data ini minim keterbukaan dan akurasi," kata dia.

Minimnya keterbukaan data itu, kata Dicky, bisa berbahaya bagi pengendalian pandemi Covid-19.

Dicky kemudian menjelaskan bagaimana Tanzania pada Juni 2020 menyatakan bahwa penyakit akibat virus corona itu telah dimusnahkan Tuhan.

Usai mengumumkan hal tersebut, kondisi Covid-19 di Tanzania justru semakin memburuk dengan angka kematian dan penambahan kasus tinggi.

"Tahun lalu, Tanzania sudah menyatakan bahwa virus corona sudah dimusnahkan. Sehingga diputuskan tidak mau lagi mempublikasikan data, jumlah kasus, semuanya. Ini terjadi dan akhirnya, kematian di masyarakat justru tak berhenti. Padahal, faktanya virus itu tidak bisa dimusnahkan," ucap Dicky.

Ia mengatakan, kondisi penuhnya rumah sakit justru semakin menjadi ketika Pemerintah Tanzania menghentikan membuka data Covid-19 kepada publik.


Dia mengingatkan bahwa pemerintah yang berkuasa, bisa saja memiliki pandangan serupa untuk mengendalikan kasus Covid-19. Padahal, justru kenyataannya akan memperburuk.

"Justru yang dirugikan ya semua orang. Karena pemerintah itu maksudnya ingin supaya aktivitas ekonomi kembali jalan, tapi akhirnya tidak terjadi. Yang terjadi adalah isolasi, dan akhirnya bahkan dianggap karena tidak transparan dan tidak masuk data global, akan sangat merugikan (ketertutupan data)," kata dia.

Ia mengatakan, publik juga saat ini menilai bahwa data Covid-19 yang ada saat ini terkesan menguntungkan pemerintah dari sisi performa.

"Bahwa kasus menurun, tapi tidak didukung dengan argumen yang kuat. Kasus menurun di tengah testing menurun, di tengah rezim testing yang pasif, di tengah juga bahwa sistem rujukan dari Puskesmas juga terbatas. Ada namanya logika program dalam pengendalian penyakit. Sangat tidak masuk di akal ketika kasusnya menurun, tapi testing-nya juga menurun," kritik Dicky.

https://nasional.kompas.com/read/2021/07/22/13220251/dorong-transparansi-data-covid-19-epidemiolog-ingatkan-ri-pengalaman-buruk

Terkini Lainnya

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke