Salin Artikel

Kelangkaan Oksigen Tak Bisa Dibiarkan, Dampaknya terhadap Pasien, dan Upaya Pemerintah Mengatasinya

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta dilaporkan mengalami kekurangan stok oksigen cair (liquid oxygen) pada Sabtu (3/7/2021). Hal ini berdampak pada pasien yang menjalani perawatan intensif.

Terkait kondisi tersebut, RSUP Dr Sardjito mengirimkan surat permohonan yang kepada Menteri Kesehatan RI dan beberapa pejabat lainnya yang ditandatangani Direktur RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto.

Selain itu, RSUP telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen dari penyedia maupun tempat lain.

Akan tetapi, saat itu masih mengalami kendala dan pasokan oksigen dan diperkirakan paling cepat akan datang ke RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada hari Minggu tanggal 4 Juni 2021 pukul 12.00 WIB.

Persediaan oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta akan mengalami penurunan pada  Sabtu tanggal 3 Juli 2021 pukul 16.00 WIB sampai dengan kehabisan persediaan oksigen pada pukul 18.00 WIB, sehingga berisiko pada keselamatan pasien yang dirawat, baik pasien Covid-19 maupun non-Covid-19.

Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto mengatakan, pihaknya tidak kehabisan oksigen tetapi saat ini sedang menunggu pasokan.

"Bukan kehabisan, ini lagi menunggu pasokan saja. Bukan habis," ujar Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto, Sabtu.

Ruknomo mengatakan, stok memang menipis. Saat ini pihaknya mengoptimalkan oksigen tabung untuk memenuhi kebutuhan.

Selain RSUP Dr Sardjito, rumah sakit rujukan Covid-19 utama di Kabupaten Blitar, RSUD Ngudi Waluyo dilaporkan mengalami kekurangan stok oksigen. Bahkan, hanya cukup untuk dua hari ke depan.

Direktur RSUD Ngudi Waluyo Endah Woro Utami mengakui, stok oksigen di rumah sakit yang saat ini sudah menipis.

"Stok oksigen tinggal untuk dua hari, hari ini dan Senin besok (5/7/2021). Kita masih terus mengupayakan tambahan pasokan oksigen dari distributor," ujar Woro saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (4/7/2021).

Woro mengatakan, berdasarkan catatan per Sabtu (3/7/2021) pukul 09.00 WIB, stok oksigen cair yang ada di tabung sentral penampungan oksigen milik RSUD Ngudi Waluyo sebanyak 4.402 liter.

Jumlah tersebut, menurut Woro, cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien selama dua hari terhitung sejak laporan status tersebut.

Oksigen cair sebanyak itu, kata dia, ditampung di tabung sentral berukuran raksasa dan disalurkan ke ruang-ruang perawatan intensif, terutama bagi pasien Covid-19.

Selain oksigen cair, kata Woro, RSUD Ngudi Waluyo juga memiliki stok oksigen yang ada di tabung-tabung yang bisa dipindahkan untuk keperluan lain terutama keperluan darurat.

Woro mengatakan, oksigen dalam tabung berukuran kecil yaitu 1 meter kubik sebanyak 25 dan oksigen di dalam tabung besar ukuran 6 kubik sebanyak 253 buah.

"Oksigen tabung kecil ini biasanya digunakan untuk pemindahan pasien yang masih membutuhkan pasokan oksigen," ucap dia. 

Woro mengakui, sejak beberapa hari terakhir terjadi kelangkaan oksigen dari distributor pemasok oksigen.

Oleh karena itu, pihaknya saat ini sedang berupaya mendapatkan pasokan oksigen untuk memenuhi jumlah stok aman.

"Sekarang kita bisa katakan stok aman itu kan cukup untuk 4 hari ke depan," ujar dia. 

Sebanyak 63 pasien meninggal

Sebanyak 63 pasien di RSUP Dr Sardjito dilaporkan meninggal dunia pada Sabtu (3/7/2021) hingga Minggu (4/7/2021).

Dikutip Kompas.id, pasien yang meninggal diduga karena terjadinya keterlambatan kedatangan stok oksigen di rumah sakit tersebut.

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan membenarkan bahwa 63 pasien meninggal di rumah sakit tersebut.

Namun, ia belum bisa memastikan berapa pasien yang meninggal karena kondisi klinis dan berapa pasien yang meninggal karena pasokan oksigen yang habis.

”Sebanyak 63 orang itu data dari Sabtu siang sampai tadi pagi (Minggu). Itu belum dipilah, pasien yang klinis dan pasien yang membutuhkan oksigen,” ujar Banu saat dihubungi, Minggu pagi.

Pada Minggu (4/7/2021), Direktur RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto mengatakan, stok oksigen telah tiba di rumah sakit itu.

Rukmono mengatakan, oksigen untuk menyuplai kebutuhan pasien di RSUP Dr. Sardjito sudah kembali menggunakan oksigen sentral.

"Truk oksigen likuid pertama masuk dan mengisi tabung utama, sehingga oksigen sentral sudah berfungsi kembali," ujar Rukmono dalam keterangan tertulis, Minggu.

Truk kedua yang membawa oksigen likuid kemudian menyusul tiba di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan langsung mengisi tangki central oksigen.

"Pelayanan untuk sementara sudah menggunakan oksigen central kembali. Kami berharap ke depan oksigen ini terus lancar dipasok oleh penyedia oksigen untuk memenuhi perawatan bagi pasien yang membutuhkan," ucap dia.

Monitoring Kemenkes

Menanggapi kelangkaan stok oksigen di sejumlah rumah sakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, pemerintah terus mengupayakan dan memonitor ketersediaan oksigen.

"Kami mengupayakan dan monitor ketersediaaan (tabung oksigen)," Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada Kompas.com, Minggu.

Nadia memastikan bahwa ketersediaan pasokan oksigen masih mencukupi. Walaupun hal itu tetap harus diwaspadai mengingat jumlah pasien Covid-19 yang meningkat.

Selain itu, tabung oksigen tidak hanya diberikan kepada pasien Covid-19.

"Sampai saat ini mencukupi, tapi kita harus tetap waspada karena jumlah pasien yang harus ditangani tidak bisa kita prediksi," kata dia.

Lebih jauh, Nadia meminta masyarakat untuk tidak menyetok oksigen di rumah sehingga tidak menimbulkan kelangkaan di lapangan.

Produksi gas untuk medis

Kemenkes juga meminta dibukanya impor tabung oksigen ditambah dan industri gas memprioritaskan produksi untuk kesehatan.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta pasokan oksigen industri seluruhnya dikonversi untuk memenuhi kebutuhan medis.

Menurut dia, ketersediaan oksigen menjadi masalah yang harus segera ditangani di tengah melonjaknya kenaikan kasus Covid-19.

Data dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kesehatan menunjukkan, terjadi kenaikan permintaan oksigen menjadi lima kali lipat.

https://nasional.kompas.com/read/2021/07/05/09431471/kelangkaan-oksigen-tak-bisa-dibiarkan-dampaknya-terhadap-pasien-dan-upaya

Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke