Kondisi ini, menurut dia, perlu diwaspadai dan dikendalikan.
"Positivity rate sekarang yang sudah mendekati 15 persen ini harus diwaspadai dan semaksimal mungkin dikendalikan," ujar Wiku dikutip dari siaran pers Satgas Covid-19 pada Jumat (25/6/2021).
Jika berkaca pada data sejak awal pandemi, positivity rate di Indonesia pernah mencapai puncak paling tinggi yakni sebesar 28,25 persen pada pekan pertama Januari 2021.
Wiku lantas menjelaskan alasan mengapa positivity rate Indonesia saat ini cenderung tinggi.
Positivity rate merupakan perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.
Wiku mengungkapkan, positivity rate ditentukan dari jumlah orang yang diperiksa. Sehingga, ada beberapa kondisi yang mempengaruhi akurasinya.
Salah satunya, terbatasnya sumber daya dan akses pada fasilitas tes.
Hal ini karena penggunaan fasilitas tes diprioritaskan untuk yang sudah memiliki gejala atau kontak erat.
Dengan begitu, bukan tidak mungkin hasil tes cenderung menunjukkan positif Covid-19, karena sudah dikerucutkan pada kelompok orang yang memang memiliki gejala atau kontak erat.
“Di Indonesia, pada umumnya orang sehat tidak menjalani tes Covid-19, dan hal ini dapat mempengaruhi angka positivity rate menjadi tinggi," ucap Wiku.
Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/MENKES/446/2021 yang menetapkan penggunaan tes antigen sebagai salah satu metode dalam pemeriksaan Covid-19.
Melalui aturan ini diharapkan semakin banyak masyarakat yang mendapatkan akses uji Covid-19.
"Kebijakan screening ini akan terus dibarui sesuai kondisi yang ada dengan tetap mempertimbangkan kenyamanan masyarakat termasuk untuk mereka yang mobilitasnya tinggi," ujar Wiku.
Angka hasil PCR mencemaskan
Pemerintah memang menyertakan hasil pemeriksaan dengan metode antigen dalam menentukan angka positivity rate.
Namun, angka positivity rate Indonesia jauh lebih mencemaskan jika hanya menggunakan metode swab polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
Dalam tiga hari terakhir, jika merujuk pemeriksaan terhadap Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) dengan metode swab PCR dan TCM yang tingkat akurasinya lebih tinggi, terlihat bahwa positivity rate mendekati 50 persen.
Berdasarkan data pada Selasa (22/6/2021), positivity rate berdasarkan hasil PCR dan TCM mencapai 51,62 persen.
Kemudian angkanya menjadi 49,07 persen pada Rabu (23/6/2021) dan 44,37 persen.
Ini berarti hampir separuh dari orang yang dites menggunakan swab PCR dan TCM dipastikan positif virus corona.
https://nasional.kompas.com/read/2021/06/25/10333291/satgas-sebut-positivity-rate-covid-19-indonesia-dekati-15-persen-harus