Salin Artikel

Enam Faktor Eksternal Pemicu Konflik Kekuasaan di Partai Politik

JAKARTA, KOMPAS.com – Kisruh kepemimpinan partai politik tidak hanya terjadi pada Partai Demokrat. Sejumlah partai tercatat pernah mengalami persoalan yang sama, antara lain PDI-P, Golkar, PKB dan PPP.

Permasalahan soliditas di internal partai bermula dari isu perpecahan. Kemudian berujung pada pergantian kepengurusan atau pendirian parpol baru oleh tokoh atau faksi yang tak lagi satu visi.

Selain faktor internal, terdapat pula penyebab eksternal yang menimbulkan kisruh kepemimpinan partai politik.

Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, ada enam faktor ekternal yang kerap menjadi penyebab perpecahan partai politik di Indonesia.

Pertama, berjaraknya parpol dengan para pemilih. Merujuk pada temuan berbagai lembaga survei, derajat kedekatan warga dengan partai menurun.

“Kalau di 2010 angka party-identification kita di angka 10 persen. Berdasarkan hasil survei berbagai lembaga, ada kecenderungan semakin kesini tingkat party-identification kita makin melemah. Tingkat party-identification kita hari ini, secara umum tidak lebih dari 8 persen,” ujar Ray dalam diskusi virtual bertajuk Konflik Demokrat, Rapuhnya Partai Indonesia, Jumat (19/3/2021).

Fenomena ini kemudian menimbulkan faktor yang kedua, yakni tidak ada penghormatan dari masyarakat pada aktivitas parpol.

Dampaknya, masyarakat tidak peduli jika ada konflik kekuasaan di partai politik.

“Kecuali kasus Demokrat yang terakhir ini ya, saya lihat reaksi publik cenderung meningkat. Tapi secara umum keterbelahan parpol enggak akan sampai mengakibatkan masyarakat merasa perlu memperbincangkannya,” tutur dia.

Menurut Ray, faktor pertama dan kedua ini kemudian berakibat pada munculnya faktor ketiga, yaitu seretnya dana parpol.

Di saat masyarakat tidak merasa memiliki identifikasi kuat pada partai dan merasa tak acuh pada permasalahan yang terjadi, maka secara bersamaan, partai politik tidak memiliki cukup kas untuk menjalankan aktivitas.

“Sebetulnya partai politik kita kalau dilihat dari aspek pendanaan betul-betul mengharapkan adanya partisipasi masyarakat, tapi itu tidak muncul,” ungkap Ray.

Akibat tersendatnya dana parpol, maka muncul faktor keempat, ketergantungan parpol pada pemilik modal.

Para pemilik modal ini kemudian bisa menjadi figur yang ikut campur dalam aktivitas dan kegiatan politik parpol.

Faktor kelima adalah tidak ada pembeda yang cukup signifikan antara visi dan misi satu partai dengan yang lainnya.

“Ia (politisi) bisa berpindah ke partai apa saja tanpa merasa ada beban psikologis dan politis untuk meninggalkan partai lamanya, karena merasa kepentingannya tidak diadvokasi dengan optimal,” kata Ray.

Terakhir, yaitu faktor ketergantungan parpol pada legislasi politik dan legislasi hukum.

Jika terjadi konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan mekanisme internal, maka penyelesaiannya bergantung pada instrumen politik, yakni lembaga negara dan instrumen hukum atau pengadilan.

Pada faktor keenam ini, konsekuensi yang dihadapi juga berbeda. Pertama, jika menggunakan instrumen politik yakni lembaga negara, tidak ada jaminan prinsip objektivitas bisa terjadi.

“Jika melalui proses pengadilan, banyak pengurus parpol sah karena keputusan pengadilan, bukan karena proses politik. Seperti kita mengalami dahulu dalam pelaksaan pilkada, justru (pemenang) pilkadanya banyak dihasilkan dari putusan pengadilan, bukan dari proses politik yang dilakukan oleh masyarakat,” pungkasnya.

https://nasional.kompas.com/read/2021/03/19/18485241/enam-faktor-eksternal-pemicu-konflik-kekuasaan-di-partai-politik

Terkini Lainnya

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke