Salin Artikel

Ada 1.263.299 Kasus Positif Covid-19 di Indonesia, Penyintas Diminta Tetap Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 nyaris berjalan setahun di Indonesia, namun penularan virus corona masih belum dapat dikendalikan pemerintah.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperlihatkan data, sejak Kamis (18/2/2021) hingga Jumat (19/2/2021) ada penambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 10.614 orang.

Dengan demikian jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia kini mencapai 1.263.299 orang terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.

Informasi itu disampaikan Satgas kepada wartawan Jumat sore. Data juga bisa diakses melalui laman covid19.go.id yang selalu diperbarui setiap sore.

Kasus baru pasien konfirmasi positif Covid-19 tersebar di 34 provinsi.

Dari data yang sama, tercatat pula lima provinsi dengan penambahan kasus baru tertinggi.

Kelima provinsi itu yakni Jawa Barat 3.847 kasus baru, DKI Jakarta 1.920 kasus baru, Jawa Tengah 1.206 kasus baru, Kalimantan Timur 718 kasus baru dan Jawa Timur 572 kasus baru.

Adapun penularan Covid-19 secara keseluruhan hingga saat ini terjadi di 510 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi.

Angka kasus baru Covid-19 periode ini diketahui setelah pemerintah memeriksa 88.821 spesimen dalam sehari.

Dalam periode yang sama, ada 71.814 orang yang diambil sampelnya untuk pemeriksaan spesimen.

Secara keseluruhan pemerintah sudah memeriksa 10.277.568 spesimen dari 6.839.040 orang terkait Covid-19.

Pasien sembuh dan meninggal dunia

Selain kasus positif, data yang sama juga menunjukkan ada penambahan pasien sembuh sebanyak 10.783 orang dalam sehari.

Mereka dinyatakan sembuh setelah mendapatkan hasil dua kali negatif dalam pemeriksaan laboratorium polymerase chain reaction (PCR).

Dengan demikian, total pasien sembuh dari Covid-19 kini berjumlah 1.069.005 orang sejak awal pandemi.

Kendati demikian, jumlah pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia juga masih terus bertambah.

Pada periode 18-19 Februari tercatat ada penambahan pasien meninggal dunia 183 orang.

Dengan demikian, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia kini mencapai 34.152 orang.

Selain itu, pemerintah juga mendata ada 1.468.764 tenaga kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19.

Dari data tersebut sebanyak 668.914 tenaga kesehatan (nakes) sudah mendapat vaksinasi dosis kedua, Jumat (19/2/2021).

Angka itu didapatkan setelah mengalami penambahan jumlah tenaga kesehatan yang divaksinasi sebanyak 45.082 dalam 24 jam terakhir.

Sedangkan nakes yang baru mendapatkan vaksinasi dosis pertama tercatat ada 1.191.031 orang setelah sebelumnya bertambah sebanyak 26.887 orang.

Adapun pemerintah menargetkan akan melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap total 181.554.465 orang penduduk Indonesia atau sekitar 70 persen dari total populasi.

Untuk diketahui, vaksinasi Covid-19 diberikan sebanyak dua dosis dan penyuntikannya dilakukan sebanyak dua kali dalam rentang 14 hari.

Hal itu dilakukan untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity terhadap penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.

Penyintas Covid-19 harus disiplin

Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta penyintas atau orang yang sudah pernah terinfeksi virus corona tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sebab, di berbagai negara termasuk Indonesia, ditemukan reinfeksi atau terpaparnya kembali seseorang usai dinyatakan sembuh dari paparan virus tersebut.

"Fakta ini menjadi sebuah penanda untuk tidak menjadikan alasan bagi penyintas Covid-19 untuk melupakan kedisiplinan protokol kesehatan karena peluang terinfeksi Covid-19 itu ada," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (18/2/2021).

Protokol kesehatan yang Wiku maksud berupa 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Hal tersebut sangat bergantung pada upaya kita," ujarnya.

Mengutip "Hong Kong Medical Journal" tahun 2020, kata Wiku, reinfeksi virus corona dapat terjadi karena sejumlah hal, di antaranya virus masih bersembunyi di dalam tubuh.

Kemudian, adanya kontaminasi silang dari strain virus lain, lalu hasil pemeriksaan pasien positif palsu atau false positive.

"Yang terakhir adalah metode pengambilan spesimen yang salah," ucapnya.

Wiku menyebutkan, pada dasarnya manusia memiliki mekanisme pertahanan atau sistem imun ketika benda asing baik mikroorganisme, bakteri, ataupun virus masuk ke dalam tubuh.

Namun, jika sistem imun tidak pada kondisi yang optimal, sangat mungkin paparan benda asing tersebut masuk ke dalam tubuh.

Ketika sudah terinfeksi, maka tubuh merespons dengan menghasilkan sel-sel darah putih.

Salah satu yang dihasilkan ialah sel B yang memproduksi antibodi sehingga menyebabkan orang kebal jika di kemudian hari akan terpapar virus serupa.

Namun demikian, infeksi pada setiap orang menimbulkan efektivitas antibodi yang berbeda-beda, baik kadar maupun jangka waktunya.

Lantaran virus SARS-CoV-2 merupakan tipe virus corona yang baru, menurut Wiku, pertanyaan terkait imunitas yang terbentuk pasca paparan virus hingga saat ini masih menjadi tanda tanya bagi para ilmuwan.

"Sehingga hasil studi tersebut masih sangat dinamis dengan banyaknya penelitian lain yang serupa," kata dia.

Oleh karenanya, hingga saat ini protokol kesehatan masih menjadi upaya yang paling efektif.

https://nasional.kompas.com/read/2021/02/20/07163791/ada-1263299-kasus-positif-covid-19-di-indonesia-penyintas-diminta-tetap

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke