Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan, dalam menerbitkan izin penggunaan darurat itu, BPOM mempertimbangkan hasil uji klinis fase 2 di China dan fase 3 di Brasil terhadap Sinovac.
Berdasarkan hasil uji klinis tersebut, ditemukan tidak ada efek samping serius dari penggunaan vaksin Sinovac terhadap lansia.
"Dari hasil studi klinik juga yang telah dilakukan efek samping umumnya terjadi adalah ringan, yaitu mual, demam, bengkak, kemerahan pada kulit, dan sakit kepala sebelah," kata Penny dalam konferensi pers daring, Minggu (7/2/2021).
Hasil uji klinis terhadap 400 lansia di China itu juga menunjukkan bahwa vaksin Sinovac meningkatkan imunogenisitas atau kadar antibodi yang baik.
Ia menyebutkan, uji klinis fase 3 di Brasil yang melibatkan 600 lansia menunjukkan Sinovac aman dan tidak menimbulkan efek samping serius ataupun berujung pada kematian.
Setelah menganalisis data-data tersebut, kata Penny, BPOM memutuskan untuk menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin Sinovac untuk lansia di Indonesia.
Penny mengatakan, vaksinasi untuk kelompok lanjut usia (lansia) sama seperti vaksinasi pada usia dewasa.
Vaksin Sinovac, kata dia, juga diberikan sebanyak dua dosis pada orang usia lanjut. Namun, dengan selang waktu 28 hari.
"Setelah 28 hari pemberian dosis kedua antibodi masih tinggi di 97,98 persen," kata Penny.
Penny menyebutkan, vaksinasi terhadap lansia penting lantaran kelompok ini menjadi penyumbang besar dalam persentase kematian pasien Covid-19 yang jumlahnya mencapai 47,3 persen.
"Dengan telah diterbitkannya persetujuan vaksin untuk populasi lansia, diharapkan angka kejadian infeksi dan angka kematian manusia akibat infeksi Covid-19 ini dapat menurun," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2021/02/08/06501561/pakai-hasil-uji-klinis-brasil-bpom-tak-ada-efek-samping-serius-vaksin