Namun, pemerintah terus berupaya memperbaiki hal ini.
"Memang bisa saja keterlambatan mungkin di bagian awal, nanti bisa disusul dengan waktu selanjutnya. Begitu juga selanjutnya. Jadi saling membuat targetnya tersebut akhirnya harus dipenuhi," kata Wiku di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2021).
Wiku menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia yang akan divaksin cukup banyak. Angkanya mencapai 182 juta jiwa atau 70 persen dari jumlah total penduduk.
Oleh karenanya, vaksinasi membutuhkan proses yang panjang. Perencanaannya pun terus disesuaikan dengan perkembangan situasi pandemi.
Namun demikian, kata Wiku, pemerintah memastikan bahwa rakyat Indonesia akan mendapat vaksinasi dengan baik demi mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity.
"Jadi jangan khawatir, pemerintah memastikan ketersediaan vaksin dan jadwal vaksin seoptimal mungkin," ujarnya.
Sebelumnya juga diungkap oleh Presiden Joko Widodo. Jokowi menyebutkan, vaksinasi baru menjangkau sekitar 250.000 tenaga kesehatan.
Angka itu dihitung sejak awal dimulainya vaksinasi, yakni 13 Januari 2021.
"Biasa di awal itu ada manajemen lapangan yang perlu diperbaiki sehingga hari ini memang kita baru mendapatkan lebih kurang 250.000 yang sudah divaksin untuk nakes (tenaga kesehatan)," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.
Meski begitu, kata Jokowi, dalam satu dua hari terakhir terjadi lonjakan vaksinasi terhadap para dokter dan perawat.
Lonjakan tersebut jumlahnya cukup tajam hingga mencapai 50.000 vaksinasi dalam sehari.
Jokowi berharap, dengan ketersediaan sumber daya yang ada, kecepatan vaksinasi Covid-19 dapat terus ditingkatkan.
Namun demikian, ia menyadari bahwa untuk mencapai target tersebut ada banyak hal yang harus diperbaiki.
"Kita harapkan memang targetnya karena kita memiliki 30.000 vaksinator yang ada di lebih kurang 10.000 puskesmas kita maupun 3.000 rumah sakit kita, kita harapkan sebetulnya sehari paling tidak bisa 900-1 juta yang bisa divaksin," ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/09352431/satgas-akui-program-vaksinasi-covid-19-berjalan-lambat-di-awal