Padahal, tingkat efikasi yang akan menjadi penentu awal bagi Badan Pengawasa Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengeluarkan izin edar darurat bagi vaksin Covid-19 dari Sinovac.
“Sinovac kan belum ada data awalnya, hasil risetnya yang mengatakan dari sekian jumlah berapa yang diberi plasebo berapa yang disuntik vaksin sehingga efikasinya belum ada. Walapupun belum berakhir uji klinis tahap tiga tapi data awal (efikasi) lebih dari 50 persen itu harus ada,” kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (7/12/2020).
“Tentu tidak atau belum aman jika dijadikan bagian program vaksinasi Covid saat ini dan harus hati-hati dalam mengeluarkan izin edar darurat,” kata dia.
Ia mengatakan, vaksin Covid-19 dari Sinovac belum aman jika dijadikan sebagai vaksin yang akan disuntikkan kepada masyarakat dalam program vaksinasi Covid-19 secara massal.
Ia pun mencontohkan perusahaan farmasi lainnya seperti Pfizer Inc. and BioNTech dan Moderna yang juga mengembangkan vaksin Covid-19.
Keduanya telah mengumumkan tingkat efikasi yang mencapai 90 persen.
Setelah mengumumkan tingkat efikasinya, baru keduanya mengajukan izin edar darurat kepada otoritas negara yang akan menggunakan vaksin mereka.
Dengan adanya tingkat efikasi, BPOM akan bisa menganalisis seberapa ampuh vaksin tersebut dalam memicu antibodi yang akan memerangi virus corona di dalam tubuh.
Meskipun uji klinis tahap ketiga masih berlangsung, Dicky bilang, setidaknya produsen vaksin harus menyampaikan tingkat efikasinya dari 50 persen relawan yang telah disuntikkan vaksin.
“Itu (efikasi) artinya itulah data yang bisa dijadikan dasar awal untuk izin edar darurat itu yang diajukan. Dan untuk Sinovac kan belum ada data (efikasi) awalnya,” ucap Dicky.
Pemerintah telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Vaksin siap pakai tersebut tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (6/12/2020) malam.
Vaksin tersebut kemudian dibawa ke kantor pusat PT Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, untuk disimpan di sana.
Nantinya, tiba lagi 1,8 juta dosis vaksin Covid-19 siap pakai dari Sinovac pada Januari 2021.
Selanjutya, pada 2021, Sinovac akan mengirim 45 juta dosis bahan baku pembuatan vaksin yang bakal tiba dalam dua gelombang.
Pada gelombang pertama akan tiba 15 juta dosis dan gelombang kedua akan tiba sebanyak 30 juta dosis.
Saat ini, vaksin dari Sinovac juga masih menjalani uji klinis tahap ketiga di Bandung, Jawa Barat.
Sebanyak 1.620 relawan telah disuntikkan vaksin maupun placebo dan sekarang memasuki tahap pengamatan.
Selain menggunakan vaksin dari Sinovac, pemerintah telah memutuskan untuk bekerja sama dengan profusen vaksin lainnya yakni Sinopharm, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer Inc and BioNTech.
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/08/07243031/epidemiolog-sebut-vaksin-covid-19-sinovac-belum-aman-ini-penyebabnya