JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) meminta aparat kepolisian mewaspadai potensi kekerasan terkait rencana pelibatan preman untuk membantu pengawasan protokol kesehatan di pasar. Rencana tersebut diungkapkan oleh Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.
"Potensi abusive melalui teguran dan tindakan, misalnya nada suara tinggi atau membentak, atau misalnya jika ada orang yang ngeyel tidak mau pakai masker akan terjadi adu fisik," kata Juru Bicara Kompolnas Poengky Indarti ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (11/9/2020).
Poengky tak memungkiri keberadaan para penguasa informal yang memiliki pengaruh di area seperti pasar, terminal, dan stasiun.
Menurutnya, tidak masalah apabila para penguasa informal dilibatkan agar masyarakat di area tersebut mematuhi protokol kesehatan.
Bahkan, Poengky menilai pelibatan tersebut dapat berdampak positif bagi masyarakat dan "penguasa informal" sendiri.
Namun, untuk menghindari potensi pelanggaran, Poengky meminta agar pelaksanaannya diawasi aparat kepolisian.
"Oleh karena itu harus selalu didampingi aparat kepolisian, misalnya Bhabinkamtibmas yang bertugas di pasar, yang memahami dan mengenal medan," tutur dia.
Diberitakan, Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono berencana memberdayakan preman pasar untuk membantu pengawasan protokol kesehatan di pasar.
“Kita juga berharap penegak disiplin internal di klaster pasar, di situ kan ada 'jeger-jegernya' di pasar, kita jadikan penegak disiplin," kata Gatot di Mako Polda Metro Jaya, Kamis (10/9/2020) seperti dilansir dari ANTARA.
Kendati demikian, menurut Gatot, TNI-Polri akan tetap mengawasi para preman tersebut agar tidak melanggar aturan dan tetap mengedepankan cara humanis.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/11/21051621/rencana-pelibatan-preman-awasi-protokol-kesehatan-di-pasar-kompolnas