"Komunikasi publik, komunikasi krisis, enggak boleh bosen. Ngomong tiap hari, itu yang harus dikerjakan oleh mereka-mereka yang didengar, tapi jangan menggunakan figur yang bermain dengan kata-kata," ujar Wakil Kepala Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo dalam diskusi virtual, Minggu (2/8/2020).
Menurut Herawati, pemerintah sebaiknya merekrut figur yang bisa didengarkan oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Menurut dia, pemilihan figur secara selektif ini juga supaya informasi yang disampaikan benar-benar berdasarkan transparansi.
Ia mengatakan, meningkatnya kasus Covid-19 di tengah adaptasi kebiasaan baru juga tidak memungkinkan untuk kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurutnya, hal tersebut bukan menjadi satu pilihan karena seolah-olah kebijakan tersebut membuat pergerakan masyarakat dibatasi.
Oleh sebab itu, salah satu dorongan yang kini perlu dilakukan adalah kampanye protokol kesehatan dan memperluas tes.
"Kalau misalnya mau bilang bahwa kita kembali ke PSBB, seolah-olah orang kan dibatasi geraknya. Itu bukan menjadi pilihan lagi, tetapi sekarang perluas tes," tegas dia.
Diketahui, penyebaran Covid-19 di Indonesia hingga 2 Agustus 2020 mencapai 111.455 kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 68.975 pasien telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Sementara, pasien dengan status suspek sebanyak 62.366 orang dan spesimen yang sudah diperiksa sebanyak 20.032 orang.
Sedangkan, pasien meninggal dunia sebanyak 5.236 orang.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/02/21063021/kampanye-protokol-kesehatan-pemerintah-diminta-jangan-pilih-figur-yang-suka