"Kami akan konsentrasi untuk lebih baik bekerja sama dengan partai pendukung pemerintah," kata Djarot dalam diskusi virtual berjudul 'Proses Kandidasi di Pilkada 2020: Ruang Gelap yang Penuh Misteri', Kamis (23/7/2020).
"Kenapa? Karena Pak Jokowi sebagai Presiden itu adalah kader PDI-P bersama-sama koalisi Pak Ma'ruf Amin. Maka wajib hukumnya kita mendukung beliau sampai selesai dengan baik melaksanakan tugas dan memberikan legacy untuk bangsa dan negara," lanjut dia.
Djarot mengatakan, dirinya banyak mendapat masukan dari rekan-rekannya untuk tak berkoalisi dengan partai di luar pemerintah pada pilkada, misalnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.
Djarot pun mengakui bahwa pada faktanya sulit untuk bekerja sama dengan kedua partai tersebut.
"Fakta di lapangan secara kategorisasi memang sulit untuk bisa bekerja sama di dalam lapangan," ucap dia.
Djarot mengungkap, di sejumlah daerah kader PDI-P berhubungan sangat dekat dan bisa bekerja sama dengan baik.
Hal itu menandakan bahwa gap pemahaman ideologi antar partai dapat tertasi.
Namun, kata dia, hal itu tidak terjadi di banyak daerah.
"Tergantung dari masing-masing daerah," ucap dia.
Meski begitu, Djarot menyebut hal itu tak menjadi masalah. Berbeda pilihan politik, kata dia, bukan berarti harus bermusuhan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun mengaku, banyak berteman dengan kader PKS maupun Demokrat yang sejatinya merupakan partai oposisi.
"Meskipun saya pernah statement bahwa kita sulit bekerja sama dengan PKS maupun Partai Demokrat, tapi sebagai warga negara, sebagai teman, banyak teman-teman saya di PKS dan di Partai Demokrat ya tidak ada masalah," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/23/19373241/pdi-p-fokus-berkoalisi-dengan-parpol-koalisi-pemerintah-di-pilkada