Dwikorita menyebut, masih banyak warga yang tidak memercayai prakiraan cuaca yang dirilis BMKG padahal prakiraan tersebut berdasarkan data.
"Di publik masih mengira peringatan dini adalah perkiraaan, bukan prakiraaan. Ini yang dipahami, padahal peringatan dini dari BMKG adalah prakiraaan, dasarnya data," kata Dwikorita di Kantor BPPT, Jumat (3/1/2020).
Diwkorita mengatakan, prakiraan cuaca yang dirilis BMKG telah diolah melalui sejumlah proses, mulai dari memperoleh data dari radar dan satelit, dihitung secara matematis, hingga diverifikasi dengan data lokal.
Menurut Dwikorita, tingkat akurasi kebenaran prakiraan cuaca yang dirilis BMKG mencapai 80-85 persen.
"Mohon dengan sangat percayalah prakiraan, memang bisa salah, perhitungan itu bukan Tuhan, jadi pasti ada akurasi yang terbatas. Akurasi kami 80-85 persen, jadi kalau ada yang meleset sekitar 15-10 persen itu keterbatasnya," ujar Dwikorita.
Ia menyampaikan, besarnya dampak banjir pada awal 2020 di Jabodetabek merupakan salah satu akibat dari masyarakat yang tidak mempercayai prakiraan cuaca.
Sebab, kata Dwikorita, pada akhir Desember 2019 lalu BMKG sudah beberapa kali merilis peringatan dini akan adanya cuaca ekstrem di Jabodetabek pada awal 2020.
"Peringatan dini yang sudah disampaikan seminggu sebelumnya, tanggal 23, tanggal 27, tanggal 28, terakhir bersama Kepala BNPB tanggal 30 Desember ternyata kita belajar, mungkin dianggap dampaknya dianggal kurang dahsyat," kata Dwikorita.
Hujan yang mengguyur sejak Selasa (31/12/2019) hingga Rabu (1/1/2020) mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah di Jabodetabek.
Hingga Jumat pagi ini, BNPB mencatat terdapat 35 korban tewas akibat banjir di Jabodetabek tersebut.
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/03/15430611/minta-publik-percayai-prakiraan-cuaca-bmkg-akurasi-kami-sampai-85-persen