Awalnya, ada sembilan nama kandidat ketum yang mengambil formulir pencalonan ketua umum Partai Golkar.
Mereka adalah Ridwan Hisjam, Ali Yahya, Achmad Annama Chayat, Indra Bambang Utoyo, Agun Gunandjar Sudarsa, Bambang Soesatyo, Derek Loupatty, Airlangga Hartarto, dan Aris Mandji.
Dari sembilan nama itu, Ketua Komite Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, Maman Abdurahman menyatakan, empat nama tidak memenuhi syarat sebagai caketum.
Mereka adalah Indra Bambang Utoyo, Achmad Annama Chayat, Derek Loupatty, dan Aris Mandji. Sedangkan, lima nama lainnya dinyatakan memenuhi syarat.
Maman menjelaskan, Indra Bambang Utoyo dinyatakan tidak memenuhi syarat karena tak mau menandatangani surat yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan mendirikan partai baru jika tak terpilih sebagai Ketua Umum Golkar.
Sedangkan, Achmad Annama tidak memenuhi syarat karena riwayatnya sebagai pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar belum mencapai lima tahun.
Sementara itu, Derek Loupatty tak memenuhi syarat karena prestasinya di internal Partai Golkar dinilai masih kurang.
"Terakhir, Pak Aris Mandji berdasarkan beberapa catatan kita beliau pernah caleg dari partai lain," ujar Maman di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa.
Namun, sebelum munas dibuka Presiden Joko Widodo, sejumlah kandidat menyatakan mengundurkan diri. Mereka adalah Bambang Soesatyo, Achmad Annama Chayat, Indra Bambang Utoyo, dan Agun Gunandjar.
Keputusan itu diambil setelah ia bertemu dengan Ketua Umum yang juga kandidat ketum Golkar Airlangga Hartarto dan dua politisi senior Golkar Aburizal Bakrie dan Luhut Binsar Panjaitan di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa siang.
Menurut Bambang, ada empat hal yang menyebabkan ia mundur dari bursa pencalonan.
Pertama, suasana internal partai yang semakin memanas dengan isu perpecahan jelang Munas. Dengan kondisi tersebut, ia mengaku, memikirkan situasi dalam negeri.
"Situasi nasional, yang memerlukan situasi politik yang kondusif, guna menjaga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari berbagai serangan dan ancaman ekonomi global," ucap Bamsoet saat konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2019).
Ia juga mempertimbangkan nasehat para senior partai, misalnya Ketua Umum PP Forum Komunikasi Putra-Putri TNI Polri (FKPPI) Pontjo Sutowo dan Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Bobby Suhardiman.
Pertimbangan terakhir Ketua MPR RI itu, yakni semangat rekonsiliasi yang telah disepakati dengan calon petahana yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Semangat rekonsilasi yang telah kita sepakati bersama antara kedua tim, saya dan Airlangga sepakat untuk membangun rekonsiliasi antara tim Bamsoet dan tim Airlangga," kata dia.
"Dengan keputusan Bambang Soesatyo, kami runding, akhirnya kami mengatakan kita harus mendukung keputusan ini. Karena kami ingin menyelamatkan Partai Golkar," kata Indra di kawasan Jakarta Selatan.
Sejurus dengan Indra, Agun Gunandjar Sudarsa mundur, setelah mendapat jaminan bahwa partai akan solid dan dijalankan secara demokratis.
"Ada garansi lima tahun ke depan partai harus dijalankan dengan cara demokratis, melalui kolektif kolegial, rapat," tutur Agun.
Sementara, Ketua PP AMPG bidang IT Koordinator Komunitas Golkar Milenial, Achmad Annama Chayat menyatakan mundur, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
Ia pun berharap, siapa pun yang akan memimpin Golkar, kelak dapat mengembalikan kejayaan Golkar.
"Saya percaya, siapa pun yang kelak terpilih, apakah Bang Airlangga Hartarto atau calon lainnya, pasti punya cita-cita yang sama. Golkar solid demi menang Pemilu 2020 dan memiliki calon presiden sendiri di pilpres 2024," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/12/04/10130731/mereka-yang-mundur-dari-bursa-caketum-jelang-munas-gokar