Dalam pertemuan, para tokoh membahas pencegahan penyebaran paham radikalisme setelah peristiwa serangan terorisme di Markas Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019) lalu.
Rohaniawan Antonius Benny Susetyo mengatakan, teror bom di Medan berkaitan dengan budaya kematian yang dilakukan individu yang sudah tercuci otaknya.
Pria yang akrab dipanggil Romo Benny itu menuturkan, orang yang telah tercuci otaknya tidak mengenal agamanya sendiri.
"Jadi ideologi kematian itu menyesatkan orang sehingga orang seolah-olah mendapatkan hal yang sakral dan suci. Padahal orang itu hanya diperalat untuk kepentingan politik sesaat," ujar Romo Benny.
Untuk menangkal hal itu, Romo Benny menyarankan para tokoh agama dan tokoh masyarakat mengembangkan sosialisasi Pancasila secara humanis.
Pancasila harus diajarkan secara merakyat dalam kehidupan sehari-hari.
"Jadi sekarang ini ruang publik itu harusnya lebih banyak diisi pergaulan yang inklusif di tingkat akar rumput. Kemudian perlu digalakkan pemahaman agama yang utuh, karena tindak kekerasan itu kan sebenarnya karena pemahaman agama yang sempit," lanjut dia.
Sementara itu, tokoh agama Islam Sumatera Utara Tuan Guru Batak Ahmad Sabban el Rahmaniy Rajagukguk mengatakan, bom bunuh diri Medan merupakan peringatan bagi masyarakat dan tidak boleh dipandang remeh.
Dia menilai, ajaran yang menyimpang tidak boleh diabaikan.
"Tidak boleh diremehkan. Kita canangkan menangkal dengan dakwah kerukunan," tegas Tuan Guru Batak.
Dia melanjutkan, isu-isu agama seringkali hadir dan membuat masyarakat tidak damai.
Karena itu, para tokoh agama disarankan secara khusus turun ke akar rumput untuk mamastikan tidak ada ajaran menyimpang di daerah.
"Tidak boleh lagi tokoh masyarakat turun sendiri-sendiri. Jadi harus bergabung dengan elemen masyarakat lain untuk memastikan jangan ada gerakan keagamaan yang sifatnya bisa membangun kekerasan dan kebencian. Saya kira ini harus kerjasama kita semua," tambah dia.
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Saidurrahman mengatakan, dalam pertemuan dengan Menko Polhumam Mahfud MD itu juga dibahas perihal deradikalisasi dan kebangsaan.
"Saya selaku Rektor UIN Sumatera Utara dan kawan-kawan rektor UIN se-Indonesia memastikan bahwa Pancasila adalah harga mati, " ujar Saidur.
Menurut dia, NKRI merupakan hasil kesepakatan bersama para tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
"Jadi tidak ada degradasi agama, tidak ada degradasi iman (dengan mengakui NKRI)," lanjut Saidur.
Dalam pertemuan dengan Menko Mafhud, Saidur juga mengutarakan niat untuk menggelar seminar nasional membahas kebangsaan dan deradikalisasi.
"Kami adakan seminar masional untuk mengukuhkan bahwa NKRI harga mati dan dalam rangka deradikalisasi sekaligus moderasi beragama. Kita yakin dengan kebinekaan kita terjaga dan masyarakat kita Insya Allah lebih sejahtera," tambah dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/20/12122791/tokoh-agama-bertemu-mahfud-md-bahas-terorisme-dan-radikalisme