Status tersebut diputuskan berakhir pada 30 Oktober oleh Gubernur Riau Syamsuar lantaran curah hujan meningkat. Hal itu disebabkan saat ini, di Riau, telah masuk musim penghujan.
"Jadi tadi malam ada rapat koordinasi di Riau yang membicarakan yang pertama adalah musim hujan telah masuk. Seperti yang dijelaskan BMKG di Riau sebelah utara sudah memasuki intensitas hujan, khususnya semuanya, sehingga hotspot telah jauh berkurang," kata Agus di Gedung BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Ia menambahkan keputusan tersebut diputuskan langsung Gubernur Riau. Ia menambahkan, BNPB hanya menjalankan keputusan tersebut dan tak bisa mengintervensi.
Agus menambahkan curah hujan di Riau diprediksi terus meningkat hingga Desember. Namun Pemerintah Provinsi Riau harus bersiap menghadapi ancaman Karhutla lantaran Riau akan kembali mengalami kekeringan pada Januari-Februari 2020.
"Kalau Riau itu (hujannya) sampai Desember. Januari, Februari (2020), kering lagi. Jadi diputuskan untuk dihentikan sampai tanggal 31 hari ini (status siaga daruratnya). Berhenti jadi seluruh operasi (pemadaman dari pusat) dihentikan," ujar Agus.
"Pemadaman akan masuk ke mode normal. Maksud Mode normal artinya akan pemerintah (daerah) sendiri akan bekerja memadamkan. Saya kira dampak tidak akan semakin besar dan jauh berkurang. Sehingga bisa dihentikan (status siaga daruratnya) karena sudah dianggap aman," lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/10/31/17150041/status-siaga-darurat-karhutla-di-riau-berakhir-ini-penjelasan-bnpb