Kapolda DIY Irjen Pol Ahmad Dofiri memiliki strategi agar water cannon maupun pasukan Brimob tidak terlihat untuk mencegah demo berujung ricuh.
Strategi itu diungkapkan Direktur Bina Masyarakat (Dirbinmas) Polda DIY, Kombes Pol Rudi Heru Susanto, saat ditemui di Mapolda DIY, Yogyakarta, Rabu (9/10/2019).
"Polda DIY ada keistimewaan karena ada kerajaan. Kemudian tipikal masyarakat di sini santun dan beradab. Jadi sebenarnya tak perlu menampilkan seperti misalnya water canon berhadapan-hadapan dengan mahasiswa," ungkap Rudi.
"Beliau menyatakan kekuatan polisi dalam pengamanan demo mahasiswa, water canon dan pasukan brimob itu tersembunyi. Tidak nampak sehingga tidak menjadikan mahasiswa untuk anarkis," sambung dia.
Seperti diketahui, aksi unjuk rasa #GejayanMemanggil pertama kali digelar pada Senin (23/9/2019), dan berjalan tertib. Aksi itu digelar untuk menolak UU KPK hasil revisi dan RKUHP.
Kemudian, aksi #GejayanMemanggil2 pada Senin (30/9/2019) juga berjalan lancar. Aksi kedua salah satunya memprotes tindakan represif aparat saat mengamankan aksi.
Ia pun meyakini bahwa aksi tersebut tidak disusupi, misalnya oleh kelompok radikal tertentu.
"Saya berani berkata tidak ada (yang menyusup) karena semuanya pakai atribut. Dari kampus juga ada yang dampingi," ungkap Rudi.
Menurutnya, berdasarkan laporan intelijen, di tahun 2016 daerah Yogyakarta rawan oleh potensi kelompok radikal.
Namun, Kapolda, katanya, juga telah melakukan pendekatan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, serta pihak kampus.
"Tahun 2016 berdasarkan laporan intelijen, Yogyakarta rawan. Dan akan disusupi dari sisi kampus. Pak Kapolda intens ke kampus menyuarakan radikalisme dan selalu cinta Pancasila sehingga sekarang penurunan signifikan sehingga pas demo santun," ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/10/10/10540381/strategi-polda-yogyakarta-amankan-demo-tak-tampilkan-brimob-dan-water-cannon