Kalla menilai perubahan iklim turut menghambat proses pemadaman karhutla di sejumlah provinsi di Sumatera dan Kalimantan.
Karenanya, Kalla mengatakan Indonesia akan proaktif mengantisipasi akibat perubahan iklim tersebut.
“Kita tidak lagi memiliki keleluasaan maupun pilihan selain meningkatkan ambisi pengendalian perubahan iklim,” kata Wapres Kalla dalam pidato singkatnya pada Climate Action Summit di General Assembly Hall, melalui keterangan tertulis, Selasa (24/9/2019).
“Dalam menghadapi kenyataan ini, aksi iklim harus konkrit dan realistis,” lanjut dia.
Wapres memaparkan Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Hal itu diwujudkan Indonesia dengan meluncurkan Low Carbon Development Initiative (LCDI).
Selain itu, Wapres memaparkan, Indonesia juga telah mengintensifkan aksi iklimnya, melalui solusi nerbasis alam, dengan merestorasi 2 juta hektar lahan gambut.
Lalu, Indonesia menargetkan merehabilitasi 12 juta hektar lahan kritis yang akan selesai pada 2030, serta melestarikan secara intensif daerah bakau dan pesisir.
Wapres melanjutkan, pengendalian akibat perubahan iklim juga dilakukan melalui transisi energi dengan menghapus subsidi bahan bakar fosil, menetapkan kebijakan biodiesel, dan membangun kilang bahan bakar hijau.
Bahkan, lanjut Wapres, Indonesia akan membentuk sebuah fasilitas khusus pendanaan lingkungan untuk menunjang program pengendalian akibat perubahan iklim dan mendukung program lingkungan lainnya.
“Kami mendorong peningkatan dukungan pendanaan dan transfer teknologi serta energi terbarukan yang terjangkau dan dapat diakses. Kami juga mengundang mitra internasional untuk bergabung dalam BLU Dana Lingkungan,” lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/24/15530041/di-sidang-umum-pbb-kalla-singgung-karhutla-di-indonesia