Salin Artikel

5 Fakta Seputar Meninggalnya KH Maimun Zubair

Mbah Moen termasuk salah satu ulama besar di Indonesia.

Kiai kharismatik yang biasa dipanggil Mbah Moen tersebut merupakan pemimpin Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah yang dekat dengan berbagai kalangan, termasuk para petinggi negara.

Ini ulasan fakta seputar KH Maimun Zubair:

1. Bertemu Megawati

Sebelum menunaikan ibadah haji, Mbah Moen sempat bertemu dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada 27 Juli 2019.

Pertemuan keduanya terjadi di rumah Megawati, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Ketua Majelis Syariah PPP ini didampingi putranya, yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimun.

Dikabarkan, pertemuan tersebut menjadi ajang silaturahmi sebelum KH Maimun Zubair bertandang ke Tanah Suci.

2. Berangkat ke Mekkah

KH Maimun Zubair meninggalkan Tanah Air guna menjalani ibadah haji pada Minggu (28/7/2019).

Ulama yang lahir di Sarang, Rembang 28 Oktober 1928 ini merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih.

KH Maimun pernah belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada tahun 1945.

Sewaktu usianya 21 tahun, Mbah Moen sempat belajar ke Mekkah untuk mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly, dan beberapa ulama lainnya.

Saat itu, Mbah Moen didampingi sang kakek Kiai Ahmad bin Syuaib.


3. Dimakamkan

Jenazah dishalatkan di Masjidil Haram seusai waktu zuhur dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma'la, pemakaman tertua di Kota Mekkah, Saudi Arabia.

Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Dalam Negeri Abdul Ghaffar Rozin mengungkapkan, dimakamkan di Mekkah menjadi salah satu permintaan almarhum Mbah Moen.

Disebutkan, kedua putra ulama besar ini, Gus Majid Kamil dan Gus Abdulloh Ubab menyusul ayahanda ke Mekkah.

4. Rujukan ulama Indonesia

Mempunyai fondasi pendidikan agama Islam yang kuat, terutama penguasaan terhadap ilmu fiqh dan ushul fiqh membuat Mbah Moen menjadi salah satu rujukan para ulama Indonesia dalam bidang fiqh.

Disebutkan, Mbah Moen juga pernah menulis kitab-kitab yang digunakan untuk rujukan santri, seperti kitab berjudul Al-Ulama Al-Mujaddidun.

Sebelum tahun 1990 menjadi Rais sampai kepada Thariqat, Mbah Moen mulai bergabung di NU menjadi kader IPNU pada tahun 1950.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya 1960 di Ansor, lalu tahun 1970 di NU Cabang.

Kepengurusan PWNU Jawa Tengah dilakoni Mbah Moen pada 1980 dan pensiun pada tahun 2000.

5. Dunia Politik

Mbah Moen pernah terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun dan anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.

Sosoknya mendapatkan hati sendiri di masyarakat. Pesannya selalu diingat, selalu hidup rukun dan tak membesarkan perbedaan karena semua agama mengajarkan hal-hal baik.

"Perbedaan tak perlu dibesar-besarkan sehingga kita bisa hidup rukun," kata Mbah Moen.

Sejumlah tokoh politik menyampaikan ucapan duka atas kepergian Kiai Haji Maimun Zubair.

Presiden Indonesia Joko Widodo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Bupati Pekalongan Jawa Tengah Asip Kholbihi, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut memberikan ucapan belasungkawa.

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti juga turut mengenang kebaikan Mbah Moen di masa hidupnya.

Sumber: Kompas.com (Ariska Puspita A/Kristian Erdianto/Puthut Dwi)

https://nasional.kompas.com/read/2019/08/06/21160011/5-fakta-seputar-meninggalnya-kh-maimun-zubair

Terkini Lainnya

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke