Ia mengatakan, meski panik, masyarakat tetap bertindak sesuai arahan BNPB.
"Masyarakat sudah bisa merespons dengan baik, walaupun masih panik. Kalau ada gempa cukup kuat lari ke luar ruangan, cari tempat tinggi," kata Agus di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (3/8/2019).
Agus mengatakan, korban yang meninggal akibat gempa bukan karena reruntuhan bangunan, tetapi karena panik dan serangan jantung.
Selain itu, terkait dengan sejumlah bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa, kata Agus, karena struktur bangunan rumah kurang kokoh.
"Kalau dilihat bangunan ini tidak memenuhi standar bangunan tahan gempa. Bangunan-bangunannya tidak bagus. Bangunan tidak ada tulangannya juga," ujarnya.
Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis, kekuatan gempa Banten adalah magnitudo 7,4 dengan kedalaman 10 kilometer dengan pusat di 147 km arah barat daya Sumur, Banten. BMKG juga menyebut gempa ini berpotensi tsunami.
Namun, setelah dilakukan sejumlah pemutakhiran, ada perubahan sejumlah data mengenai gemba Banten.
Setelah direvisi, BMKG menyebut kekuatan gempa magnitudo 6,9 dengan kedalaman gempa 48 kilometer.
Selain itu, episenter gempa terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT, atau tepatnya, berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/03/19162681/bnpb-puji-respons-masyarakat-hadapi-gempa-banten