Salin Artikel

[ARSIP KOMPAS] Tak Sabaran Meminang Ani, SBY Kirim Surat ke Dubes Sarwo Edhie

Caption foto tersebut seperti ini:

Dubes Sarwo Edhie hari Jumat (30/7/1976) menikahkan sekaligus tiga putrinya. Nampak dari kiri ke kanan: Ny Sarwo Edhie; Wrahasti Cendrawasih dengan suaminya Letda Inf Erwin Sujono; Herawati Kristiani dengan suaminya Lettu Inf S Bambang Yudhoyono; Mastuti Rahayu dengan suaminya Kapt Inf Hadi Utomo; dan Dubes Sarwo Edhie. Gambar ini diabadikan di ruang tamu tempat tinggalnya yang bersejarah. Pada malam hari terjadi G 30 S, ruang tamu ini menjadi tempat pertemuan para perwira untuk menghadapi lawan.

Dari pengecekan di Pusat Informasi Kompas (PIK), foto tersebut merupakan foto pendamping dari berita pada Sabtu 31 Juli 1976 halaman 1, berjudul "Dubes Sarwo Mantu Tiga Putrinya Sekaligus".

Pernikahan ini terbilang unik karena Dubes Sarwo Edhie secara sekaligus menikahkan tiga putrinya hari itu. Ketiga putri Sarwo Edhie tersebut juga sama-sama mendapatkan jodoh dari anggota TNI. 

Kompas menggambarkan: "Saya kira lumrah apabila keturunan prajurit mendapat prajurit," kata Dubes Sarwo Edhie Wibowo yang disambung Ny Sarwo, "...dan kebetulan bintangnya sama." Demikian kesan mereka akan menantu-menantunya yang semuanya lulusan AKABRI.

Dalam arsip Kompas tersebut disebutkan, akad nikah yang diselenggarakan Jumat siang di kediaman Dubes RI untuk Korea Selatan, Letjen Sarwo Edhie Wibowo, di Cijantung itu  dilangsungkan sederhana sekali, disamping unik karena menikahkan sekaligus tiga putrinya.

Digambarkan oleh Kompas, berurut-turut calon pegantin antre mendapatkan gilirannya untuk dinikahkan di depan penghulu di ruang tamu yang hanya dihiasi oleh satu karangan bunga anggrek.

Herawati Kristiani (24), putri ketiga, pertama kali bertemu dengan suaminya Lettu Inf S Bambang Yudhoyono pada pembukaan Balai Taruna Akabri sewaktu ayahnya yang pada waktu itu menjabat Gubernir AKABRI di Magelang meresmikannya pada tahun 1973.

Kemudian berpacaran selama 9 bulan melalui surat-menyurat dan bertemu beberapa kali, selanjutnya bertunangan dan kemudian "pisah" sewaktu Herawati ikut orangtuanya ke Korea Selatan.

Lebih unik lagi adalah pertemuan Mastuti Rahayu (23), putri keempat yang mendapat giliran kedua untuk dinikahkan dengan Kapt Inf Hadi Utomo. "Kebetulan saya bertemu Mastuti di kolam renang ketika melatih renang putri-putri Pak Sarwo," kata Hadi Utomo mengingat masa pertemuan pertama kali dengan istrinya, seperti dikisahkan kepada harian Kompas.

Sementara, untuk Wrahasti Cendrawasih (25), putri kedua Sarwo Edhie, pada waktu bersamaan melangsungkan upacara pernikahan di kantor catatan sipil dengan Letda Inf Erwin Sujono yang beragama Katolik. Kedua mempelai ini sudah saling mengenal sejak di bangku SMP.

Sebelum ikut orangtuanya ke Seoul, Korea Selatan, Wrahasti Cendrawasih mengikuti kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI) jurusan Arsitektur pada tingkat III.

Adiknya, Herawati juga di UKI jurusan Kedokteran pada tingkat III. Sedangkan Mastuti, sebelum berangkat ke Seoul, kuliah di Universitas Indonesia (UI) tingkat I fakultas Kedokteran. Dubes Sarwo Edhie menempati posnya pada Mei 1974.

Bermula dari SBY yang tak sabar meminang Herawati 

Harian Kompas memberitakan, awal mula dari berlangsungnya pernikahan ini dimulai dengan surat lamaran Lettu Inf S Bambang Yudhoyono selaku koordinator dari calon ipar-iparnya pada waktu itu, yang mengirimnya pada Mei 1975 ke Dubes Sarwo Edhie di Seoul, Korea Selatan.

"Saya sudah tidak sabaran lagi menunggu, dan menganjurkan untuk mengirim surat lamaran," kata Bambang yang pernah memperoleh medali dari Presiden untuk prestasi sebagai siswa terbaik AKABRI dan baru saja kembali dari pendidikan Fort Benning di Amerika Serikat. Lamaran tersebut diterima.

Dubes Sarwo Edhie sebenarnya merencanakan untuk menikahkan keempat putrinya secara sekaligus.

"Semula saya rencanakan untuk menikahkan empat putri saya sekaligus. Tapi berhubung Erwin pada bulan Desember tahun lalu masih harus mengikuti ujian AKABRI, rencana tersebut diubah," kata Sarwo Edhie.

Dubes Sarwo Edhie menjelaskan pada akhirnya hanya menikahkan putri tertuanya Wiwiek di Seoul pada bulan Agustus 1975 dengan pemuda Protestan asal Tapanuli.

"Mempelai wanita pada upacara tersebut hanya memakai kebaya biasa sedang mempelai pria dengan rapih memakai setelan jas, memberi kesan upacara tersebut seolah-olah suatu pertemuan keluarga yang sangat gembira," begitu harian Kompas menggambarkan. 

Pernikahan yang sangat sederhana ini dilanjutkan dengan upacara adat Jawa dihadiri oleh para keluarga. Malam harinya, resepsi pernikahan tiga serangkai pengantin tersebut dilangsungkan di Hotel Indonesia.

Menanggapi persoalan menantu yang berlainan agama, Dubes Sarwo Edhie menjelaskan bahwa ia beserta istrinya sangat terbuka akan hal ini.

"Pancasila itu harus dimulai dari rumah tangga," kata Dubes Sarwo kepada Kompas.

Karena itu, Sarwo Edhie tidak keberatan apabila di antara anak-anaknya yang belum menikah, yaitu seorang putri dan dua putra, kelak akan memilih calon suami atau calon istri dari agama Hindu atau lain agama.

Anda ingin berlangganan arsip harian Kompas? Silakan kunjungi website resmi Pusat Informasi Kompas (PIK), klik di sini. Jika Anda ingin berlangganan e-paper harian Kompas dan Kompas.id, silakan klik di sini.  

https://nasional.kompas.com/read/2019/06/02/11231501/arsip-kompas-tak-sabaran-meminang-ani-sby-kirim-surat-ke-dubes-sarwo-edhie

Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke