Salin Artikel

Kisah Petugas Pemilu 2019 di Beijing, Melek 36 Jam hingga Perjalanan 200 Kilometer...

Kali ini, kisah datang dari para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) di Beijing, China.

Faqih Ma'arif, mahasiswa Beijing University of Aeronautics and Astronautics yang dikenal dengan sebutan Beihang University, salah satunya.

Dikutip dari Antara, Kandidat doktor bidang struktur gedung asal Sleman, DI Yogyakarta, itu merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari penyelenggara pemilu bagi warga negara Indonesia di Ibu Kota China tersebut.

Ia pun merelakan waktu berkumpul dengan keluarga di kampung halaman terpotong karena harus segera kembali ke Beijing atas panggilan Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) setempat.

Demikian pula dengan Lenny Damayanti, anggota KPPSLN Beijing, yang berdomisili di Kota Tianjin.

Gadis berusia 22 tahun itu hampir setiap hari selama masa pemungutan dan penghitungan suara menempuh perjalanan hampir 200 kilometer.

Tiket kereta api cepat kelas ekonomi dari Tianjin menuju Beijing bertarif 54 RMB atau sekitar Rp 113.000 tidak pernah dimintakan ganti.

Sebagai pelajar di negeri orang, Lenny tentu membutuhkan uang. Akan tetapi, bukan itu alasannya memilih terlibat sebagai petugas KPPSLN Beijing.

"Bukan uang tujuan saya ikut tes ini," ujar mahasiswi S1 Tianjin University of Science and Technology ini, saat diwawancarai para anggota PPLN Beijing pada pertengahan Februari 2019.

Saat aktivitasnya di KPPSLN sampai larut malam, Lenny terpaksa "nebeng" di rumah temannya karena kereta api terakhir dari Stasiun Beijingnan ke Tianjinxi berangkat pukul 23.00.

Saat PPLN Beijing mengumumkan lowongan KPPSLN secara daring, banyak WNI yang berminat untuk melamar.

Setelah melalui seleksi administrasi dan wawancara, terpilihlah sebanyak 25 orang anggota KPPSLN.

Mereka dari kalangan pelajar dan masyarakat umum pemegang paspor Indonesia.

Bekerja lebih awal

Sejak dilantik pada 2 Maret 2019, mereka langsung "tancap gas" bekerja siang-malam di salah satu ruangan di Kedutaan Besar RI di Beijing.

Berbeda dengan di Indonesia, anggota KPPSLN Beijing bekerja lebih awal karena harus mempersiapkan pengiriman surat suara kepada WNI yang tinggal di 18 provinsi/munisipalitas di China ditambah Mongolia melalui pos.

Tingginya tingkat partisipasi pemilih, baik yang datang langsung ke TPS pada 14 April 2019 maupun yang dikirim surat suara melalui pos mulai 17 Maret 2019, tidak pernah mereka duga.

"Yang didatangi langsung C6 (formulir pemberitahuan dari KPU kepada pemilih agar memberikan hak suaranya) saja tidak sampai segitu. Lah di sini yang C6-nya dikirim via pos dan bahkan ada yang online, tapi yang milih banyak banget," kata Faqih.

Pada Pemilu 2019, tingkat partisipasi WNI yang menggunakan hak pilihnya sebesar 76 persen.

Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pemilu 2014, yang tingkat partisipasi WNI di China di bawah 50 persen.

Kecewa dituding curang

KPPSLN Beijing terbilang unik karena anggotanya perpaduan antara generasi muda milenial dan generasi tua.

Selain anggota KPPSLN Bejing termuda berusia 22 tahun, ada juga yang berusia lebih dari 60 tahun dan telah beberapa kali terlibat sebagai penyelenggara.

Akan tetapi, perbedaan generasi ini tak menjadi sekat kerja sama. Mereka sama-sama rela tidak tidur untuk menghindari kesalahan dalam rekapitulasi dan input data hasil penghitungan suara.

Oleh karena itu, para petugas penyelenggara pemilu di KPPSLN Beijing ini mengaku kecewa ketika beberapa pihak menuding adanya kecurangan.

"Betapa kecewanya kalau ada rekan sesama KPPS yang dituduh curang karena kami ini bekerja mulai pagi sampai pagi lagi," kata anggota KPPSLN Beijing, Tirta Leonardi.

Mahasiswa S1 jurusan Elektro di Beijing Institute of Technology itu mengakui, pemilu tahun ini lebih rumit dibandingkan 5 tahun lalu.

Kerumitan itu antara lain terkait pengisian formulir mulai dari daftar pemilih hingga input data hasil penghitungan suara.

"Setiap tahap membutuhkan validasi akurat dari beberapa orang yang terlibat, termasuk setiap anggota PPLN. Sangat kecil peluangnya untuk berbuat curang," kata Tirto.

Ia menyebutkan, butuh kejelian dalam mengisi setiap formulir pemungutan, penghitungan, dan input data Situng. Bahkan, tanpa terasa, mereka tak memejamkan mata selama 36 jam, mulai Rabu (17/4/2019) pagi hingga Kamis (18/4/2019) sore.

Hingga tahapan penyelenggaraan usai, para petugas KPPSLN Beijing belum menerima honor yang menjadi hak mereka.

Meski demikian, kata Faqih, ia dan para petugas lainnya tak menanyakan soal itu. KPU sudah menganggarkan dana bagi para petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu.

"Kami merasa terhormat karena bisa bantu negara sendiri di luar negeri yang tidak bisa dihargai dengan suatu apa pun," kata Faqih, yang juga Ketua Pusat Kajian Sains dan Teknologi Bidang Hak Kekayaan Intelektual Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok itu.

https://nasional.kompas.com/read/2019/04/21/08463571/kisah-petugas-pemilu-2019-di-beijing-melek-36-jam-hingga-perjalanan-200

Terkini Lainnya

Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Nasional
Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Nasional
MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

Nasional
Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa 'Dikit' Viralkan

Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa "Dikit" Viralkan

Nasional
Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Nasional
Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema 'Student Loan' Imbas UKT Mahal

Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema "Student Loan" Imbas UKT Mahal

Nasional
Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Nasional
Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Nasional
Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Nasional
Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Nasional
Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Nasional
Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Nasional
Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Nasional
Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke