Tuduhan kecurangan muncul setelah terjadi kisruh saat pencoblosan yang berlangsung di Sydney kemarin, Minggu (14/4/2019).
Dalam video tersebut, sejumlah warga tengah beradu mulut dengan seorang laki-laki berkacamata dan memakai jas biru. Posisi keduanya dibatasi oleh pagar putih.
Narasi yang ditampilkan adalah kecurangan dilakukan untuk memenangkan pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan klarifikasi sekaligus bantahan terkait video viral itu.
Narasi yang beredar:
Sejumlah pengguna Facebook mengunggah video yang menampilkan kekisruhan antara sekelompok orang dengan pria berkacamata dan memakai jas biru pada Minggu (14/4/2019).
Kekisruhan terjadi karena sejumlah warga negara Indonesia di Sydney tidak bisa melakukan pencoblosan. Gerbang di gedung yang menjadi lokasi pencoblosan pun ditutup.
Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik ini, pria yang disebut sebagai Ketua KPPS Sydney, Samsul Bahri ini terlihat mondar-mandir mendekati pagar putih. Seseorang bernama Samsul Bahri itu pun dituduh bukan WNI.
Penelusuran Kompas.com:
Berdasarkan penelusuran Kompas.com, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ilham Saputra menyampaikan bahwa video mencantumkan nama Samsul Bahri adalah hoaks.
"Di hoaks itu muncul bahwa seakan-akan Samsul Bahri anggota KPPSLN. Di kami enggak ada yang namanya Samsul Bahri," ujar Ilham saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (14/4/2019).
Bahkan, nama tersebut dikatakannya tidak tercantum sebagai anggota KPPSLN di mana pun.
Menurut narasi yang muncul di dalam video, terdapat dugaan kecurangan untuk memenangkan paslon tertentu di pilpres yang diselenggarakan di Sydney.
Terkait video tersebut, Ilham mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui nama Samsul Bahri.
"Ya enggak ngerti, Samsul Bahri itu siapa," kata dia.
Terkait kekisruhan itu, Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri di Sydney, Heranudin, memberikan penjelasan. Menurut Heranudin, pihaknya sudah mengantisipasi membeludaknya pemilih.
Namun, menurut dia, pemilih yang masuk dalam Daftar Pemilih Khusus Luar Negeri (DPKLN) membeludak pada satu jam terakhir, yakni pukul 17.00 - 18.00 waktu lokal.
Dia mengatakan, sebenarnya pihaknya sudah mengantisipasi kepadatan pencoblosan dengan memperhitungkan sekitar 2,000 DPKLN yang sudah mendaftar online dan yang tidak mendaftar online.
Untuk yang tidak mendaftar online, Heranudin berujar, saat itu PPLN memprediksi ada sekitar 1.000 orang. Namun, nyatanya ada lebih dari 1.000 orang yang memadati Town Hall Sydney.
"Mereka ke sana karena Town berada di pusat kota sehingga bisa dijangkau," tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/15/16154381/klarifikasi-penjelasan-soal-tuduhan-wna-berbuat-curang-dalam-pencoblosan-di