Doni menyoroti rencana Ma'ruf bersama calon presiden petahana, Joko Widodo untuk membentuk Badan Riset Nasional.
"Yang soal riset itu Ma'ruf Amin lebih strategis dan dia sangat paham situasi. Memang dia tidak bicara tentang anggaran. Tapi sekarang ini situasinya apa sih yang ada? Kan ada rencana induk riset nasional lalu kemudian usulannya koordinasi kan, membentuk badan koordinasi untuk riset, Badan Riset Nasional itu lebih konkret," kata Doni kepada Kompas.com, Senin (18/3/2019).
Doni memandang, saat ini banyak anggaran riset yang disebar di berbagai lembaga namun tidak terkelola dengan baik. Riset yang dihasilkan pun, lanjut Doni, tidak relevan dalam menghadapi masalah-masalah terkini.
"Jumlah paten kita juga kurang, maka kalau rencana induk riset nasional itu bisa, maka bisa masuk katakanlah riset teknik, pertanian, obat-obatan, ilmu komputer, lingkungan, biologi molekular dan lainnya. Karena harus menyesuaikan memang ke penggunaan riset ini. Kita itu tidak begitu jelas risetnya di bidang apa, lalu hasilnya untuk masyarakat apa," ujar dia.
Di satu sisi, Doni mencatat persentase belanja riset Indonesia ada di level 0,2 hingga 0,5 persen dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kan itu artinya total itu diproyeksikan aja selama 5 tahun aja cuma Rp 100 triliun. Jadi sangat kecil. Sudah sangat kecil, risetnya tidak relevan, tersebar kemana-mana, lalu tidak efektif. Maka Pak Ma'ruf Amin benar, harus sesuai rencana induk riset nasional, karena kalau tidak, duit tersebar kemana-mana enggak jelas," kata dia.
Sehingga ia memandang, pembentukan badan tersebut bisa memaksimalkan tata kelola anggaran dan pemanfaatan hasil riset dengan maksimal.
Kemudian ia menyoroti beberapa tawaran Sandiaga, seperti penekanannya pada kolaborasi, kesejahteraan peneliti beserta hasil penelitian yang dilakukannya dan kenaikan anggaran riset sebesar 1 hingga 2 persen.
Menurut Dodi, rencana kenaikan anggaran tersebut prinsipnya memang baik. Namun, ia melihat belum menjawab masalah strategis di bidang riset saat ini.
"Satu hal unik dia berbicara 1 sampai 2 persen (kenaikan anggaran riset). Itu dari mana itu nanti duitnya kalau 1 sampai 2 persen? Itu kalau dia mau sampai 2 persen, bagaimana perhitungannya gitu. Memang yang bagus ya antara 2-3 persen, kalau bisa 4 persen dari PDB kan," ujarnya.
Ia juga menyoroti penekanan Sandiaga pada aspek kolaborasi dan kesejahteraan peneliti.
"Ketika bicara masalah riset itu, kan dia menekankan kolaborasi ya, industri, pemerintah, universitas. Itu triple helix istilahnya. Lebih teori, tidak dijelaskan argumentasinya apa. Meningkatkan itu baik tapi praksisnya seperti apa kan tidak jelas. Lalu kesejahteraan periset dan lain-lain, hal yang normatif menurut saya," ujar dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/18/12474371/tawaran-maruf-untuk-masalah-riset-dinilai-lebih-strategis-daripada-sandiaga