Sebagian umat tampak sedang membersihkan perlengkapan yang digunakan saat perayaan Hari Raya Nyepi sehari sebelumnya.
Sebagian lagi membersihkan pendopo yang terletak di depan Pura.
Pak Ketut, salah seorang umat, menyapa dan mempersilakan kami duduk tak jauh dari pendopo. Mungkin gerak dan langkah kami yang canggung menarik perhatiannya.
"Adik-adik ini dari mana?" ujar Ketut sambil mempersilakan kami duduk.
"Kami dari komunitas Jaringan Gusdurian Banten, Pak. Kami bermaksud ingin silaturahim dengan anak-anak muda Hindu di sini," jawab Ferdinand Bernadh Heumasse, salah seorang penggerak Jaringan Gusdurian Banten.
Tak lama kemudian, I Gusti Ngurah Yoga, datang menghampiri kami.
Ia adalah Ketua Pemuda Pura Eka Wira Anantha sekaligus Ketua Dharma Taruna Banten, organisasi yang mengayomi generasi muda Hindu di Provinsi Banten.
Perbincangan berlangsung santai dan hangat. Bahkan, I Wayan Budiana, salah seorang anggota Kopassus, juga ikut berbincang.
Suguhan kopi hitam menemani perkenalan dan perbincangan kami yang cukup dalam.
Ferdinand menyampaikan tujuan menyambangi Pura yang dibangun sejak tahun 1970-an itu.
Ia mengatakan, gagasan pertemuan itu berawal dari kegelisahan generasi muda Jaringan Gusdurian Banten atas minimnya dialog lintas iman.
Sementara, banyak anak-anak muda saat ini yang justru ingin memiliki jaring pertemanan dari beragam latar belakang.
"Jarang sekali ada dialog lintas iman antara anak-anak muda di Banten," ujar Ferdinand.
Di sisi lain, lanjut Ferdinand, belum banyak komunitas atau inisiatif sosial yang dapat menjadi wadah untuk berdialog antar-umat beragama.
Sehingga masyarakat menjadi mudah terpecah ketika muncul suatu konflik.
"Ketika ada masalah kita jadi punya wadah untuk berdialog," tutur pemuda Ambon yang aktif berkegiatan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Serang itu.
Kegelisahan yang sama ternyata juga dirasakan oleh Yoga dan puluhan anak muda Hindu lainnya di Kota Serang.
Jembatan dialog yang belum terbangun seolah membuat para pemuda terasing dengan sesamanya.
Ia menyambut baik munculnya inisiatif sosial untuk membangun dialog lintas iman, khususnya di kalangan generasi muda.
"Tentunya kami menyambut baik karena jarang sekali ada dialog lintas iman atau antara agama di sini," ucap dia.
Rifqiyudin Anshari, salah satu penggerak, mengatakan, hal itu menjadi salah satu atensi dalam gerakan Gusdurian Banten.
"Minimnya dialog lintas iman mungkin bisa saja meningkatkan prasangka antar umat, ini menjadi atensi khusus Gusdurian Banten," ujar aktivis yang akrab disapa Fae itu.
Fae menilai, minimnya dialog lintas iman tidak terlepas dari beberapa faktor.
Selain itu, gerakan kemanusiaan melalui dialog lintas iman belum dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting.
"Aktivitas ini mungkin lebih menguntungkan bagi mereka karena investasi politik jangka panjang," kata Fae.
"Ormawa (organisasi mahasiswa) dan Ormas dari lintas agama sebetulnya ada dan banyak. Namun dialog lintas iman ini sepertinya masih tidak terlalu dianggap penting," tutur dia.
Di sisi lain, kata Fae, sebagian masyarakat masih ada yang memandang dialog lintas iman sebagai hal tabu untuk dilakukan.
Menurut dia, inisiatif penyelenggaraan dialog lintas iman dapat berujung pada pembubaran dan intimidasi dari kelompok-kelompok radikal.
Kendati demikan, ia menegaskan, Jaringan Gusdurian Banten akan terus berkomitmen untuk mengkampanyekan toleransi dan keberagaman.
Caranya, dengan merangkul lebih banyak tokoh agama, aktivis, influencer dari berbagai latar belakang dan membangun komunikasi antara komunitas pemuda lintas agama.
"Mudah-mudahan rencana tersebut dilancarkan agar semua umat bisa merasakan dampak positif dari persatuan dan kesatuan," kata Fae.
Siang itu, perayaan Hari Raya Nyepi meninggalkan suasana kesejukan dan kehangatan. Dan kami pun ikut merayakan keberagaman.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/12/05512841/merayakan-keberagaman-melalui-dialog-generasi-muda-lintas-iman