Saat berpidato di depan 1.000-an peserta Tanwir Pengurus Pusat Muhammadiyah di pelataran rumah dinas Gubernur Bengkulu, Jumat (15/2/2019), Presiden mengatakan, sekitar tahun 1978, Indonesia unggul dalam hal pembangunan infrastruktur.
"Saya mungkin agak kilas balik. Tahun 1978-an, ketika kita membangun tol Jagorawi, Jakarta-Bogor-Ciawi, banyak negara yang datang ke kita. Malaysia datang melihat bagaimana ya pembangunannya. Thailand, Filipina melihat manajemennya. Vietnam dan China datang melihat konstruksinya. Mereka semua melihat karena kita termasuk yang duluan," ujar Jokowi.
Lalu, 40 tahun berselang, negara- negara yang dahulu belajar dari Indonesia mengenai infrastruktur, kini justru berbalik unggul.
Soal jalan tol, catatan Jokowi, selama 40 tahun terakhir, Indonesia membangun 780 kilometer jalan tol. Sementara Malaysia sudah membangun sekitar 1.800 kilometer jalan tol. Jokowi juga menyebut contoh yang menurutnya paling ekstrem.
"Bahkan yang paling ekstrem, Tiongkok telah membangun 280.000 km jalan tol. Kita 780 kilometer saja," lanjut dia.
Jokowi melihat, terseok-seoknya pembangunan infrastruktur di Indonesia disebabkan kendala teknis sekaligus kurangnya kemauan politik para pemimpin negeri.
"Apa yang saya lihat dari peristiwa ini? Kita sering memiliki ide dan gagasan, kemudian kita sering yang memulai yang pertama. Misalnya juga Otorita Batam. Termasuk kita yang pertama saat itu. Tapi tindak lanjut dari itu, kita selalu terseok-seok," ujar Jokowi.
Oleh sebab itu, untuk mengejar ketertinggalan, pemerintahan Jokowi selama 4,5 tahun terakhir fokus pada persoalan pembangunan infrastruktur. Jokowi ingin daya saing Indonesia tidak kalah dari negara lain.
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/15/19372561/cerita-jokowi-tentang-infrastrukur-ri-yang-disalip-negara-tetangga