Pernyataannya tersebut dikutip dari data survei Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) yang menyebut tingginya angka berita bohong atau Hoaks terkait SARA.
"Iya memang tidak mudah menghadapi hoaks. Karena menurut survei Mastel sebanyak 88,4 Persen masyarakat Indonesia berbicara dengan topik SARA," kata Moeldoko usai membuka Rapat Koordinasi Bidang Kehumasan dan Hukum Seluruh Indonesia oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin, (11/2/2019).
Mantan Panglima TNI itu menyatakan, hoaks menjadi tantangan yang terus berkembang di era media digital saat ini. Karenanya, pemerintah juga mengaku kesulitan untuk melawan kabar bohong, terutama yang menyebar di media sosial.
Lebih lanjut, Moeldoko beranggapan, jika hoaks tidak ditangani secara tegas dapat menjadi sumber perpecahan. Terlebih jika menyeret SARA.
"Apalagi kalau didorong oleh keinginan hoaks, maka harus ada law enforcement. Tidak peduli dia siapa, kalau memang harus dipenjarakan, penjarakan. Ini (hoaks) sumber perpecahan kalau tidak ditangani dengan tegas," ungkap Moeldoko.
Adapun hingga saat ini, ia menyebut pemerintah sudah menggalakan pembenahan literasi media sosial. Hal itu dilakukan dengan cara mengajak anak muda memahami arti penting tentang kesadaran berita bohong dan berita aktual yang bersumber dari media terpercaya.
"Kita sering mengajak influencer baik anak-anak muda dari berbagai kalangan agar memberi pemahaman atas regulasi dan tentang berita yang sesungguhnya benar atau tidak perlu diserap. Itu yang penting," pungkasnya.
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/11/14500141/moeldoko-sebut-884-persen-masyarakat-bicara-sara-di-medsos