Hal itu disampaikan Meutya menanggapi pernyataan Capres nomor urut 01 Joko Widodo soal "Propaganda Rusia" yang ditanggapi oleh Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia.
"Enggak lah. Kalau kita lihat dari twitter-nya Dubes Rusia, atau Kedubes Rusia, saya rasa tidak ada di situ yang keberatan atau emosi. Tapi lebih kepada meluruskan bahwa yang namanya Propaganda Rusia itu tidak terkait dengan negara Rusia," ujar Meutya di Posko Cemara, Menteng, Jakarta, Senin (4/2/2019).
Ia menganggap respons Kedubes Rusia terhadap polemik tersebut bukan karena tersinggung, melainkan upaya meluruskam bahwa negeri Beruang Merah itu memang tak terlibat dalam perpolitikan Indonesia.
Hal senada disampaikan Wakil TKN Jokowi-Ma'ruf Abdul Kadir Karding. Ia mengatakan selama empat tahun pemerintahan Jokowi, Indonesia telah menjalin kerja sama dalam berbagai bidang. Ia pun meyakini kerja sama tersebut akan terus berlanjut ke depannya.
"Selama empat tahun periode pemerintahannya, kerjasama Indonesia dengan Rusia berjalan positif dan akan terus menuju ke arah yang lebih positif baik di bidang militer, ekonomi perdagangan, pendidikan dan kebudayaan," kata dia.
"Kami percaya urusan pilpres tidak boleh merusak hubungan bilateral kedua negara apalagi sampai memecah belah anak bangsa sendiri," lanjut politisi PKB itu.
Sebelumnya Kedutaan Besar Rusia di Jakarta melalui akun Twitter mengeluarkan pernyataan terkait istilah Progapanda Rusia yang dilontarkan calon presiden nomor urut 01 yang juga capres petahana Joko Widodo.
Kedubes Rusia melalui akun @RusEmbJakarta menyampaikan bahwa Rusia tidak ikut campur dalam urusan elektoral di negara lain.
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis akun Twitter Kedubes Rusia untuk Indonesia, Senin (4/2/2019).
Kedubes Rusia untuk Indonesia juga menyampaikan, istilah "propaganda Rusia" merupakan rekayasa yang dibuat pada tahun 2016 untuk kepentingan pilpres Amerika Serikat.
Istilah tersebut tidak berdasarkan pada realitas.
"Sebagaimana diketahui istilah 'propaganda Rusia' direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," tulis akun Twitter tersebut.
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/04/22123091/tkn-yakin-polemik-propaganda-rusia-tak-rusak-hubungan-bilateral-indonesia