"Saya setuju enggak usah bawa pendukung, kecuali tim inti sekali ya," tuturnya ketika dihubungi Kompas.com, Senin (22/10/2018).
Menurutnya, kehadiran pendukung justru kerap mengganggu jalannya debat, yang seharusnya dalam suasana nyaman dan fokus untuk mendalami visi, misi, serta program masing-masing paslon.
Titi menyebutkan, para pendukung seringkali menunjukkan dukungannya secara berlebihan, yang berujung pada intimidasi. Misalnya, menyoraki paslon lain.
"Dalam pengalaman saya, kehadiran pendukung justru kontraproduktif, karena mereka dalam banyak hal mengganggu proses debat, karena mengekspresikan dukungannya secara berlebihan, ada beberapa yang kemudian intimidatif," terangnya.
"Yang terpenting dalam debat itu kan rasa nyaman, kemampuan untuk mengelaborasi dan mengeksplorasi visi, misi, gagasan yang dibawa," lanjut dia.
Titi menambahkan, para pendukung dapat menyelenggarakan kegiatan nonton bareng (nobar) untuk menonton debat tersebut.
Sebelumnya, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengusulkan agar debat calon presiden dan wakil presiden tidak digelar di hotel, seperti pada periode sebelumnya.
Dahnil mengusulkan agar debat capres dan cawapres digelar di kampus.
Menurut Dahnil, debat dapat diikuti oleh akademisi dan mahasiswa terpilih yang bebas berdialog dan menguliti semua visi-misi kandidat. Menurut dia, mahasiswa bisa menjadi panelis debat.
Selain itu, menurut Dahnil, acara debat capres dan cawapres sebaiknya tidak perlu menghadirkan para pendukung. Menurut dia, usulan tersebut membuat penyelenggaraan debat lebih ekonomis dan efisien.
Masyarakat dan para pendukung dapat menyaksikan debat tersebut melalui siaran langsung televisi nasional.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/22/12243551/perludem-setuju-debat-capres-cawapres-tanpa-kehadiran-pendukung