Salin Artikel

Catatan Oposisi 4 Tahun Jokowi-JK, dari Utang hingga Kasus Novel

Partai politik oposisi memiliki sejumlah catatan terkait kinerja pemerintahan Jokowi-JK selama empat tahun yang dianggap kurang.

1. Membengkaknya Utang hingga Pelemahan Rupiah

Bicara soal oposisi, tak lepas dari sosok Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus capres penantang Jokowi pada Pilpres 2019 itu kerap kali melayangkan kritik kepada pemerintah. Salah satunya yakni terkait kebijakan ekonomi.

Pada 11 Oktober 2018 lalu atau sembilan hari sebelum umur pemerintahan Jokowi-JK berusia 4 tahun, Prabowo menyebut sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah adalah ekonomi kebodohan.

Menurut Prabowo, Pasal 33 UUD 1945 tak lagi menjadi inti dari sistem ekonomi Indonesia. Sebab banyak sumberdaya ekonomi yang strategis dikuasai asing.

Kepemilikan asing dianggap sudah berlebihan terhadap pengelolaan sumber daya alam, sektor keuangan atau perbankan.

Selain itu, sektor telekomunikasi dan ekonomi digital pun juga dinilai mulai dikuasai perusahaan swasta luar negeri.

"Ini ironi. Pasal 33 UUD 1945 sangat jelas, perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Ayat (2), cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara," kata Prabowo.

Selain itu Prabowo juga sempat menyampaikan berbagai hal lainnya termasuk kritik kepada pemerintah atas jumlah utang yang terus bertambah.

"Saudara-saudara utang pemerintahan kita naik terus. Sekarang hitungan naiknya adalah Rp 1 triliun tiap hari. Ada yang mengatakan utang banyak enggak menjadi masalah, tetapi para ahli yang mengerti tahu bahwa ini utang ini mengancam kedaulatan negara kita," kata Prabowo.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan, utang pemerintah per September 2018 sebesar Rp 4.516 triliun, naik Rp 1.815 triliun dari posisi utang per September 2014.

Sementara itu berdasarkan data Anggaran Pendaftaran dan Belanja Negara (APBN) 2018, total utang yang akan ditarik pemerintah pada 2018 mencapai Rp 399,2 triliun

Selain itu oposisi lain juga mengkritik pemerintah yang dinilai tak bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah hingga tembus Rp 15.200 per dollar AS.

Menurut Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, pemerintah seakan tak menganggap pelemahan rupiah sebagai suatu masalah yang bisa berdampak ke masyarakat.

Namun belakangan ia menilai pemerintah mengakui daya beli masyarakat turun karena kebijakan kenaikan harga premium ditunda.

Dradjad mengatakan, berdasarkan data yang diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) tambahan jumlah penduduk yang bekerja mencapai angka tertinggi 2012 (3,55 juta), lalu tahun 2008 (3,54 juta) dan 2007 (3,44 juta).

Pada tahun 2014-2016, angkanya turun ke sekitar 1,4-2 juta pekerja baru. Namun pada 2017, angkanya naik tajam ke 3,25 juta.

Namun tambahan terbesar terjadi di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan. Jumlahnya 1,09 juta pekerja baru.

Sektor ini kata dia meliputi pekerjaan seperti pembantu rumah tangga, tukang cukur, kaki lima dan yang agak formal seperti pekerja sosial.

"Ini jelas bukan sektor yang seharusnya menjadi penopang penciptaan kerja," kata dia.

Sektor perdagangan (termasuk rumah makan dan perhotelan) dan sektor industri tercatat menciptakan tambahan di atas 1 juta lapangan pekerjaan.

Namun menurutnya, sektor ritel dan industri manufaktur padat karya anjlok. Padahal kedua sektor itu harusnya banyak menciptakan lapangan kerja.

Dari rasio penciptaan kerja, pada 2015-2016 perekonomian hanya menciptakan sekitar 290.000-340.000 per 1 persen pertumbuhan. Padahal jika situasi normal, angkanya bisa pada level 500.000 penciptaan kerja per 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Pada 2017, rasio ini melonjak ke level 640.000 per 1 persen  pertumbuhan ekonomi. Meski begitu kata Drajad, sumber terbesarnya dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan tadi.

"Jadi, memang kemampuan penciptaan kerja masih di bawah normal. Padahal kalau kita hendak mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan, kuncinya ya kita harus mampu menciptakan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini perlu diperbaiki segera," kata dia.

Kapala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menilai, publik menyoroti tajam kinerja kepolisian dan kejaksaan.

Ia mengatakan, Kepolisian tampak seperti alat penguasa untuk memperkuat kepentingannya dari pihak pihak yang berseberangan politik.

Ferdinand menilai, polisi selalu merespons cepat setiap laporan tehadap pihak-pihak yang berseberangan dengan pemerintah.

"Berbeda dengan ketika yang melaporkan adalah pihak oposisi, terlihat responnya amat lambat dan bahkan melahirkan pesimisme dari pihak pelapor," kata dia.

"Contoh nyatanya, kasus Ahmad Dani dari oposisi dengan kasus Denny Siregar dari pihak pemerintah. Jelas sekali tampak siapa yang cepat di proses," sambung dia.

Selain Kepolisian, Kejaksaaan juga ia sorot. Menurut Ferdinand, kinerja Kejaksaan tidak terlihat akibat keputusan Jokowi mengangkat Muhammad Prasetyo sebagai Jaksa Agung.

Padahal sebelumnya, Prasetyo merupakan kader Partai Nasdem.

Dengan penunjukan itu, kata Ferdinand, Kejaksaan tidak terlihat kinerjanya selama 4 tahun dalam pemberantasan korupsi namun justru ikut berpolitik.

Tak hanya itu, pemerintahan Jokowi juga dinilai tidak pro anti korupsi lantaran membiarkan pengungkapan kasus penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan menggantung hingga hari ini.

"Tidak terlihat ada upaya Jokowi yang konkret untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ini catatan hitam besar bagi Jokowi di sektor hukum," kata Ferdinand.

"Di dalam Nawacita Jokowi ke 4 disebutkan melakukan reformasi hukum yang bebas korupsi bermartabat dan terpecaya.

Namun fakta kemudian kita lihat, masyarakat justru ragu terhadap penegakan hukum bukan malah terpercaya," sambung dia.

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/21/12353721/catatan-oposisi-4-tahun-jokowi-jk-dari-utang-hingga-kasus-novel

Terkini Lainnya

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke