Alasannya, kata Rudiantara, kedua sektor itu mempunyai anggaran yang lebih besar dari sektor lainnya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RI (APBN).
Rudiantara mengatakan, start up yang bergerak di bidang edutech berpeluang besar menjadi start up unicorn berikutnya dari Indonesia.
Unicorn adalah sebutan bagi start up yang memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS.
"Mengapa pendidikan? Karena APBN kita itu berdasarkan undang-undang dasar 20 persen itu harus digelontorkan untuk pendidikan," kata Rudiantara dalam Nexticorn International Convention di Kuta, Bali, Sabtu (13/10/2018).
Rudiantara menuturkan, tahun ini pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp 400 triliun untuk sektor pendidikan yang angkanya dapat bertambah pada tahun depan.
"Itu kan kalau dapat satu atau dua persen saja sudah Rp 10 triliun kalau dua persen. Jadi akan besar," ujar Rudiantara.
Sektor healthtech, kata Rudiantara, juga mempunyao peluang yang sama karena pemerintah wajib menganggarkan 5 persen APBN untuk sektor kesehatan.
"Lagi-lagi, 5 persen itu sekira Rp 100 triliun lebih dibelanjakan. Kalau satu persennya saja sudah angka yang luar biasa besar," katanya.
Di samping itu, Rudiantara juga menyebut sektor fintech juga layak disuntik investasi karena perkembangannya yang begitu pesat.
Akhir pekan ini, Kemenkominfo menggelar Nexticorn Intenational Convention di Kuta, Bali, guna mempertemukan start up lokal dengan para calon investor.
Terdapat 88 perusahaan modal ventura dan 70 start up lokal terpilih yang mengikuti kegiatan tersebut.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/13/11125611/menkominfo-dorong-investasi-di-start-up-edukasi-dan-kesehatan