Saat ini Turki seperti berada di tengah badai. Kondisi finansialnya memburuk, sentimen investor goyah, pengelolaan ekonomi yang tak memadai, hingga adanya ancaman pengenaan tarif oleh AS.
"Perdagangan kita tidak banyak (dengan Turki)," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Selain itu, Kalla juga mengungkapan, ekonomi Indonesia berbeda dengan Turki. Meski pertumbuhan ekonomi Turki lebih tinggi dari Indonesia, namun inflasi di Turki juga lebih tinggi dari Indonesia
Menurut Kalla, inflasi di Turki lebih dari 15 persen, sementara inflasi di Indonesia hanya 3,5 persen. Hal itu mempengaruhi kemerosotan nilai uang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Turki adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat di dunia. Bahkan, laju pertumbuhan ekonomi Turki melampaui China dan India pada 2017 lalu.
Pada kuartal II 2018, pertumbuhan ekonomi Turki menembus 7,22 persen. Namun, capaian tersebut didorong pula oleh utang luar negeri, menurut para analis.
Utang tersebut di satu sisi mendorong konsumsi dan belanja. Akan tetapi, di sisi lain membuat Turki mengalami defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan.
Cadangan devisa Turki cenderung rendah. Selain itu, sebagian besar valas yang ada di Turki dimiliki oleh perbankan dan bisa kapan saja ditarik oleh nasabah.
Ketika mata uang lira anjlok, Turki tak bisa menggunakannya untuk menyelamatkan mata uang agar tak melemah lebih lanjut.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/14/17195741/wapres-kalla-yakin-badai-ekonomi-turki-tak-pengaruhi-indonesia