Demikian diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
"Kemungkinan mengganggu (target) ya, jadi berkuranglah," ujar Arief.
Ketika gempa bumi pertama melanda NTB, Minggu, 29 Juli 2018, pukul 05.47 WIB, Arief mengatakan bahwa kunjungan wisatawan ke NTB sudah merosot sebanyak sekitar 100.000 orang.
Demikian pula saat erupsi Gunung Agung di Bali yang terjadi akhir 2017 kemudian berlanjut di awal 2018. Arief mencatat, jumlah kunjungan wisatawan anjlok sebesar 1 juta orang.
Kondisi ini semakin memperparah merosotnya kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
Meski demikian, Arief tidak khawatir jumlah kemerosotan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia berjumlah besar.
"Tahun ini kan targetnya 17 juta (kunjungan wisatawan asing), (kemungkinan realisasinya) 16 juta ya masih amanlah. Jadi kira-kira 94 sampai 95 persen bisa tercapai," ujar Arief.
Pascagempa bumi di NTB, pemerintah akan menggenjot kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
"Bisa kita perbaiki. Kami optimistis bisa recovery. Karena yang seperti ini tidak terlalu lama, contoh di Bali itu, recovery sekitar tiga bulan saja sudah selesai. Kalau di NTB ini tanggap daruratnya kita tetapkan tiga minggu," ujar Arief.
Saat ini, Kemenpar sendiri masih fokus monitoring evakuasi turis mancanegara yang masih terjebak di NTB.
Kemenpar mengandalkan personel TNI, Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta masyarakat untuk proses evakuasi ini.
"Contohnya tadi malam masih ada sekitar enam orang, kalau enggak salah dari Yunani, mereka ada di atas bukit karena ketakutan tsunami. Sekarang, TNI Polri sedang melakukan penyisiran di tiga pulau Gili tersebut," ujar Arief.
Selain itu, Kemenpar fokus pada penyajian informasi yang akurat kepada wisatawan yang datang ke NTB.
Harapannya, para wisatawan tetap mendapatkan petunjuk yang benar terkait situasi dan kondisi saat ini.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/07/18353411/imbas-bencana-bali-lombok-target-17-juta-turis-asing-berpotensi-tak-tercapai