Salin Artikel

Manuver Abraham Samad untuk Maju Pilpres 2019 dan Kisahnya pada 2014

Awalnya, Abraham menolak kemungkinan untuk maju pada pilpres dan mengaku hanya ingin menjadi ketua KPK hingga masa jabatannya berakhir.

Setelah pensiun nanti, Abraham mengaku akan pulang kampung ke Makassar. Mantan aktivis ini menyebut bahwa menjadi ketua KPK merupakan panggilan hati.

Namun, pernyataannya kemudian berubah. Belakangan, Abraham mengaku akan mempertimbangkan untuk maju dalam pilpres.

Ia mengatakan bahwa tidak bisa menolak jika takdir membawanya untuk maju. Abraham akan meminta petunjuk Tuhan terlebih dahulu dengan melakukan shalat istikharah.

"Jadi ketua KPK, jadi capres dan cawapres adalah takdir Tuhan, sebagai manusia biasa. Manusia tidak bisa mengatur dan menolak takdir," kata Abraham jelang Pilpres 2014 itu.

Namun, takdir saat itu belum membawa Abraham menjadi cawapres. Pada akhirnya, Prabowo Subianto lebih memilih menggandeng Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa. Sementara, Jokowi akhirnya menggandeng mantan wakil presiden Jusuf Kalla.

Samad vs PDI-P

Tak lama setelah Jokowi-JK terpilih dan dilantik, hubungan Abraham Samad dengan PDI-P memanas. Pemicunya adalah langkah KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka.

Padahal, mantan ajudan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri itu sudah diajukan oleh Jokowi kepada DPR sebagai calon tunggal Kapolri.

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto pun menuding penetapan tersangka itu dilakukan karena Abraham Samad sakit hati tidak terpilih sebagai cawapres Jokowi.

Hasto juga membeberkan manuver Abraham Samad melakukan lobi untuk menjadi cawapres Jokowi. Menurut Hasto, setidaknya ia sudah melakukan pertemuan enam kali dengan Abraham. Setiap pertemuan, Abraham selalu mengenakan topi dan masker.

Hasto menyebutkan, saking "ngebetnya" Abraham ingin menjadi cawapres Jokowi, dia membuat skenario pertemuan dengan Jokowi di ruang VVIP Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.

Abraham juga merancang agenda pertemuan dengan tim sukses Jokowi-JK yang lain, yakni Hendropriyono dan sejumlah nama yang kini menjadi menteri pada Kabinet Kerja.

Namun, setelah Jokowi dan koalisi memutuskan JK sebagai cawapres, Hasto akhirnya kembali bertemu Abraham untuk menyampaikan kabar itu.

"Setelah saya ceritakan bahwa yang jadi cawapres adalah JK, Abraham bilang, 'Ya saya tahu, saya sudah melakukan penyadapan'. Dia juga bilang, 'Saya tahu yang menggagalkan saya menjadi calon wakil presiden adalah Pak Budi Gunawan'," ujar Hasto.

Menurut Hasto, ada nada kekecewaan dari pernyataan Abraham. Merespons pernyataan Hasto, pimpinan KPK saat itu segera menggelar rapat untuk mengonfirmasi cerita yang disampaikan Hasto di media massa.

Melalui Deputi Pencegahan KPK Johan Budi, Abraham mengatakan bahwa tudingan Hasto adalah fitnah.

"Bahwa semua yang disampaikan itu adalah fitnah belaka. Pak Abraham membantah dengan keras apa yang dituduhkan oleh Pak Hasto cs," kata Johan Budi.

Pilpres 2019

Kini, menjelang Pilpres 2019, Abraham Samad kembali bergerilya untuk bisa maju dalam pilpres. Posisinya yang sudah tidak lagi menjabat sebagai Ketua KPK membuatnya lebih bebas bermanuver.

Ia mulai menggalang dukungan relawan di Palembang dan Makasar.

Abraham yang mengenakan baju koko putih dan peci hitam tiba di kantor PKS, di Jalan TB Simatupang, Jakarta, pukul 13.45 WIB.

Tak ada sambutan luar biasa saat Abraham tiba di pintu utama kantor PKS. Ia hanya disambut oleh seorang kader PKS dan langsung diarahkan naik ke lantai atas untuk menemui Presiden PKS Sohibul Iman dan jajaran.

Setelah pertemuan, Sohibul Iman menyatakan, akan mengajukan nama Abraham Samad kepada Majelis Syuro PKS sebagai calon alternatif yang akan diusung dalam Pemilihan Oresiden 2019.

"Ini kan baru ketemu. Nanti kami sampaikan ke Majelis Syuro," kata Sohibul kepada wartawan.

Dalam pertemuan tertutup selama sekitar satu setengah jam itu, menurut Sohibul, Abraham memaparkan ide dan gagasannya seputar membangun negara kedepan, khususnya dalam bidang pemberantasan korupsi.

Tak ada permintaan langsung dari Abraham untuk bisa diusung PKS dalam Pilpres 2019. Kendati demikian, Sohibul sudah menangkap maksud kedatangan Abraham.

"Ya saya tahu, lah, Pak Abraham punya keinginan ke sana (maju pilpres). Tapi tadi tidak ada pembicaraan khusus. Tapi saya mengapresiasi kalau Pak Abraham mau maju," kata Sohibul.

Majelis Syuro PKS sendiri sebelumnya sudah mempunyai sembilan nama bakal capres/cawapres PKS. Selain Sohibul Iman, nama lainnya yakni Gubernur Jawa Barat dari PKS, Ahmad Heryawan; Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid; Mantan Presiden PKS, Anis Matta; Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno.

Kemudian Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufrie; Mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring; Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.

Namun, Abraham Samad meyakini ia mempunyai daya tarik karena mempunyai ide dan gagasan yang tidak dimiliki oleh sembilan nama itu.

"Ini kan makanya kami menyampaikan ide dan gagasan. Saya menyampaikan gagasan, ide yang tidak dimiliki, belum dimiliki oleh calon-calon lain," kata Abraham Samad.

Kendati demikian, saat ditanya apa ide dan gagasan yang ia jual ke parpol, Abraham enggan untuk kembali mengulangnya kepada wartawan. Ia beralasan, butuh waktu yang panjang untuk menjelaskan ide dan gagasan itu.

Abraham menambahkan, ke depannya ia juga akan menawarkan gagasan yang sama ke partai lain, termasuk parpol pendukung Jokowi.

"Pasti. Pasti. Mungkin saya akan ke Nasdem setelah Pak Surya Paloh pulang ke luar negeri," kata dia.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/25/07390181/manuver-abraham-samad-untuk-maju-pilpres-2019-dan-kisahnya-pada-2014

Terkini Lainnya

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke