Survei awalnya mengukur elektabilitas setiap calon. Hasilnya, Prabowo mendapatkan 20,4 persen suara responden, sementara Jokowi sebagai petahana masih teratas dengan 36,2 persen.
Survei lantas bertanya kepada 20,4 persen pemilih Prabowo: jika pada saat pilpres nanti, Prabowo menjadi wakil Jokowi, apakah anda bersedia/tidak bersedia memilih mereka?
Hasilnya, hanya 16,7 persen pemilih Prabowo yang bersedia memilih pasangan Jokowi-Prabowo. Sebanyak 66,7 persen lainnya menyatakan tidak bersedia memilih Jokowi-Prabowo. Sementara 16,7 responden pemilih Prabowo lainnya tidak menjawab.
Direktur Riset Median Sudarto mengatakan, mayoritas pemilih Prabowo memang sejak awal tidak cocok dengan Jokowi. Oleh karena itu, mayoritas dari mereka tidak sepakat apabila Prabowo menjadi cawapres Jokowi.
"Agak susah menyatukan Jokowi dan Prabowo, seperti minyak dan air," kata Sudarto.
Oleh karena itu, wacana menduetkan Jokowi-Prabowo yang saat ini berhembus, ia nilai sulit untuk terwujud. Sebab, sudah terjadi polarisasi pemilih kedua tokoh itu sejak pilpres 2014 lalu.
"Masing-masing punya konstituen yang tidak suka satu sama lain," ujarnya.
Populasi survei ini adalah seluruh warga Indonesia yang memiliki hak pilih. Sampelnya sebanyak 1200 responden.
Margin of error survei ini adalah plus minus 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Artinya, ada peluang angka survei meleset lebih besar atau kecil sampai 2,9 persen.
Sampel dipilih secara random dengan teknik multisatge random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Sudarto menegaskan survei dibiayai secara mandiri.
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/16/14245261/survei-median-prabowo-ditinggal-pendukungnya-jika-berpasangan-dengan-jokowi