Salin Artikel

Kisah Karbol, Si Dosen Terbang, Profesor Kedokteran, hingga "Tukang" Radio

Sekembali dari tugas, di Yogyakarta pesawat yang ditumpanginya ditembak jatuh oleh pesawat Belanda. Abdulrachman dan penumpang lainnya pun gugur dalam tugasnya.

Kisah Abdulrachman tersebut dikutip dari buku "Peristiwa Heroik 29 Juli 1947" yang disusun Subdisjarah Dispenau, 2009.

Abdulrachman yang lahir di Jakarta, pada 1 Juli 1909 tersebut bergabung dengan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada tahun 1945. Ia masuk Sekolah Penerbang Maguwo di pangkalan udara Maguwo, Yogyakarta.

Abdulrachman banyak belajar mengemudikan pesawat Cureng dan Cukiu serta mempelajari jenis-jenis pesawat lain peninggalan Jepang.

"Tak jarang sebelum ia terbang memperbaiki dulu pesawatnya," tulis buku tersebut.

Selama menjadi bagian AURI, Abdulrachman pernah dipercaya sebagai Komandan Pangkalan Udara Maospati Madiun oleh pimpinan AURI pada tahun 1946.

Ia juga pernah didapuk sebagai Komandan Pangkalan Udara Bugis Malang, yang kini berubah nama menjadi Bandara Udara Abdulrachman Saleh sesuai dengan namanya.

"Selama empat bulan dalam pimpinan Abdulrachman Saleh, Pangkalan Udara Bugis mengalami banyak perkembangan," tulis buku tersebut.

Selain dikenal sebagai pakar penerbangan, "Karbol" julukan populer Abdulrachman selama kuliah juga merupakan dokter lulusan Geneeskundige Hooge School (GHS) atau sekolah tinggi kedokteran di Jakarta kala itu.

Pengabdian Karbol untuk negara dimulai ketika ia bekerja sebagai dosen di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Surabaya pada zaman kolonial Hindia Belanda.

Tak hanya menyandang gelar dokter, Karbol pun juga punya gelar sebagai profesor di bidang ilmu kedokteran.

Bahkan, karena jasa-jasanya Karbol dinyatakan sebagai 'Bapak Ilmu Faal atau Fisiologi' Indonesia oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ketika tenaganya dibutuhkan di mana-mana utamanya di bidang pendidikan kedokteran. Ia menggunakan pesawat Hayabusa yang diterbangkan sendiri demi melaksanakan tugas mengajarnya di sejumlah daerah.

"Abdulrachman merupakan 'dosen terbang' pertama di Indonesia, yang mengajar dari suatu tempat ke tempat lain dengan menerbangkan sendiri pesawat terbang," kutip buku tersebut.

Selain itu, sejak kuliah, Karbol juga punya hobi menekuni bidang radiotelegrafi. Karenanya, ketika pusat siaran radio pendudukan Jepang ditutup. Ia bertekad membuat membuat siaran radio nasional sendiri.

Karbon pun berhasil memenuhi tekadnya. Ia berhasil membuat pemancar radio sehingga "The Voice of Free Indonesia" atau "Radio Suara Indonesia Merdeka" mengudara. Siarannya tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

"Radio inilah yang menyiarkan pidato Bung Karno sebagai presiden RI untuk pertama kalinya pada 25 Agustus 1945 dan pidato wakil presiden RI Bung Hatta pada 29 Agustus 1945," tulis buku tersebut.

***
Dalam rangka HUT ke-72 TNI AU ini pula, Kompas.com akan menayangkan sejumlah berita-berita angkatan udara Indonesia sejak dahulu hingga saat ini, termasuk kisah-kisah heroik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Simak selengkapnya di Kompas.com sepanjang hari ini.

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/09/10383441/kisah-karbol-si-dosen-terbang-profesor-kedokteran-hingga-tukang-radio

Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke