Salin Artikel

Gatot Melejit, Ada Faktor Kerinduan Masyarakat hingga Kekuatan Finansial Politik

Hasil survei nasional Poltracking Indonesia misalnya, menyatakan bahwa publik menilai Gatot sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.

Sebelum memasuki masa pensiun, nama Gatot masuk radar Partai Gerindra dan menjadi salah satu calon kuat pendamping Prabowo Subianto.

Lantas apa yang membuat nama Gatot mulai Diperhitungkan jelang Pilpres 2019?

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menyebutkan ada beberapa faktor untuk melihat fenomena tersebut.

Pertama, secara personal Gatot memang dinilai memiliki ambisi politik untuk maju sebagai capres atau cawapres setelah pensiun dari dinas kemiliteran.

Secara tak langsung, Gatot menyiratkan dirinya akan berkiprah di kancah politik. Ia menyatakan telah memiliki hak untuk dipilih.

"Secara personal Gatot Nurmantyo punya ambisi politik untuk maju sebagai capres atau cawapres," ujar Ari saat dihubungi, Rabu (4/4/2018).

Faktor kedua yakni peluang politik. Menurut Ari, tak bisa dipungkiri saat ini ada kerinduan di tengah masyarakat pada terciptanya stabilitas politik dan keamanan yang kondusif.

Sejak awal masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo, masyarakat disesaki berbagai kegaduhan politik.

Nama Gatot mulai ramai dibicarakan sejak kemunculannya dengan kopiah putih saat mengamankan aksi protes terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 2 Desember 2016 yang dikenal dengan sebutan Aksi 212.

Pilihan Gatot mengenakan kopiah putih saat itu menjadi perbincangan di media. Pasalnya, warna putih saat itu identik dengan atribut peserta aksi. Sementara itu, rombongan Presiden Joko Widodo beserta Wakil Presiden Jusuf Kalla justru mengenakan peci hitam.

Dalam rombongan tersebut, hanya Gatot selaku pejabat negara yang mengenakan kopiah putih, yang juga banyak dikenakan peserta aksi.

"Memang di publik ada kerinduan pada terciptanya 'stabilitas politik' dan keamanan yang kondusif. Masa pemerintahan Jokowi sejak awal disesaki kegaduhan politik yang seakan tanpa henti. Sosok Gatot muncul sebagai mantan panglima TNI dengan branding politik 'dekat dgn kelompok Islam' dan punya asosiasi dengan 'Islam politik'," tuturnya.

"Fakta ini menjanjikan untuk peluang Gatot," kata Ari.

Faktor finansial politik

Faktor lain, lanjut Ari, Gatot dinilai memiliki sumber daya finansial politik yang kuat. Gatot diketahui dekat dengan sejumlah petinggi partai politik.

Mantan Kepala Staf TNI AD itu juga mengaku pernah bertemu Prabowo dan ditawari bergabung dengan Gerindra. Namun permintaan itu ditolak sebab ia masih aktif sebagai prajurit TNI.

"Gatot punya support finansial politik yang kuat dan kabarnya sudah menawarkan diri ke Partai Gerindra," ujar Ari.

Secara terpisah, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai jabatan sebelumnya sebagai Panglima TNI juga memberikan keuntungan secara politik bagi Gatot.

Arya berpendapat Gatot memiliki kekuatan politik yang kuat saat menjabat panglima TNI.

"Ya dia kan pernah menjadi panglima TNI, sebagai panglima TNI pasti memiliki kekuatan politik yang kuat," ujar Arya.

Persoalannya saat ini, lanjut Arya, bagaimana upaya Gatot untuk mendekati atau menarik perhatian partai. Jika tak berhasil, besar kemungkinan Gatot tak memiliki peluang menjadi capres ataupun cawapres di Pilpres 2019.

"Kalau dia tidak mampu menarik atau mendekati satu partai, saya kira peluangnya di dunia politik akan tertutup. Sekarang kalau dia (Gatot) ke Prabowo bagaimana caranya meyakinkam Gerindra dan PKS. kalau ke Jokowi bagaimana dia meyakinkan parpol pendukung. Kalau ia tidak mampu meyakinkan ya susah juga," kata Arya.

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/04/15500151/gatot-melejit-ada-faktor-kerinduan-masyarakat-hingga-kekuatan-finansial

Terkini Lainnya

Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke