"Keterangan Jasriadi, sampai tadi malam selalu berubah. Tidak sinkron dan tidak kooperatif," kata Martinus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Namun, Martinus enggan menjelaskan pertanyaan apa yang dijawab berbeda-beda oleh Jasriadi. Meski banyak hal yang tak diakui Jasriadi, penyidik telah mengantungi bukti-bukti yang menguatkan unsur pidana dalam perbuatannya.
Penyidik mengumpulkan jejak digital dari media sosial atau jaringan komunikasi Jasriadi. Dari situ diketahui adanya hubungan antara Asma Dewi dengan Jasriadi. Kendati demikian, keduanya mengaku tak saling kenal saat ditanya penyidik.
(Baca: Dua Kali Mangkir, Bendahara Saracen Akan Dijemput Paksa)
Padahal, Dewi diduga mentransfer uang sebesar Rp 75 juta ke rekening anggota Saracen.
"Memang tidak ada pertemuan antara Jasriadi dan Asma Dewi dalam kapasitas aktivitas Saracen. Tapi tentu penyidik menerima informasi yang akan mengkaitkannya dengan jejak digital yang diperoleh," ujar Martinus.
Nantinya, tak tertutup kemungkinan penyidik akan mengkonfrontir tersangka dan saksi untuk mendapat keterangan yang utuh.
Di samping itu, Laporan Hasil Analisis dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atas 15 rekening yang berkaitan dengan Saracen juga menjadi bukti yang menguatkan.
"Fakta-fakta yang kita temukan itu sudah cukup untuk kita lakukan upaya pemidanaan terhadap yang bersangkutan," kata Martinus.
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/05/20325431/meski-tak-alami-gangguan-jiwa-keterangan-ketua-saracen-tak-konsisten