Kebanyakan pengunjung yang datang adalah keluarga dan anak-anak. Seperti Idin (14), pelajar SMPN 57 Jakarta yang datang bersama lima teman-temannya.
"Kalau orangnya (Jenderal Ahmad Yani) sudah tahu ceritanya, dia kan pahlawan revolusi. Tapi belum pernah lihat rumahnya," kata Idin ditemui di dalam museum, Sabtu siang.
Selain itu, ada pula Eko dari Cililitan yang mengajak ketiga anaknya untuk belajar soal sejarah G30S/PKI dengan mengunjungi museum-museum yang berkaitan dengan peristiwa itu.
"Anak-anak emang masih kecil tapi kan kalau diajak jalan-jalan suka, ya sekalian belajar," kata Eko.
Pengunjung yang datang mengisi buku tamu terlebih dahulu. Mereka kemudian diminta melepas alas kali dan masuk dari pintu belakang.
Dari pintu belakang, terpampang foto-foto usai pembunuhan Jenderal Ahmad Yani. Ada pula foto dari film G30S/PKI yang mereka ulang kejadian pada malam itu.
Melewati kamar mandi dan dapur, terlihat bahwa kondisi museum saat ini masih sama seperti aslinya. Kompor dan air di bak mandi dibiarkan untuk dilihat-lihat pengunjung.
Kemudian, pengunjung melewati pintu dengan lima lubang tembakan di kacanya. Pintu itu menjadi saksi ketika tentara melepaskan tujuh tembakan ke Jenderal Ahmad Yani yang tengah berganti pakaian dinas di balik pintu itu.
Di balik pintu, terdapat bar yang dipenuhi oleh foto-foto, hingga patung kepala Ahmad Yani. Pemandu museum menjelaskan bahwa ketika rumah ini dijadikan museum oleh Soeharto pada 1 Oktober 1966, perabotan dan sebagian besar barang milik keluarga Ahmad Yani dipertahankan dan terus dirawat.
Banyak pengunjung yang terkesan dengan dua macan yang diawetkan milik Ahmad Yani. Banyak pula anak-anak perempuan yang senang melihat koleksi boneka milik putri-putri Ahmad Yani.
Boneka itu, kata pemandu museum, dibeli Ahmad Yani untuk putri-putrinya setiap ia pergi dinas. "Tidak terbayang ngerinya malam itu di sini ya," kata para pengunjung.
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/30/14224091/museum-sasmitaloka-jenderal-ahmad-yani-dipenuhi-pengunjung