Salin Artikel

Pengidap Kanker Payudara Ayu Agustin Kini Dirawat di RSUD Ciawi

Pada Selasa (26/9/2017) siang ini, kediaman Ayu di Kampung Pabuaran Wetan, Desa Ciangsan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, didatangi oleh petugas puskesmas setempat. Ayu langsung dilarikan menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi.

Ketua Jamkeswatch Bogor, Heri Irawan mengatakan, begitu ia mengetahui kondisi Ayu di media sosial, ia langsung meminta relawan untuk datang ke rumahnya.

Saat relawan tiba di lokasi pukul 10.00 WIB, sudah ada petugas Puskesmas Ciangsana yang datang bersama sebuah mobil ambulans.

"Pada saat tim kami datang, keluarga dan pihak Puskesmas sudah persiapan untuk jalan ke RS," kata Heri saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Heri mengatakan, relawan dari Jamkeswatch pun ikut memantau kondisi Ayu di RSUD Ciawi. Di sana, Ayu yang kondisi kanker payudaranya sudah cukup parah mendapatkan perawatan.

"Kita kawal terus kondisi Ayu. Sejauh ini sih baru diobservasi, nanti kami update lagi kalau ada perkembangan terbaru," kata dia.

Heri menegaskan bahwa Ayu sebagai peserta JKN berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari rumah sakit, termasuk kemoterapi dan operasi pengangkatan kanker.

Namun, ia mengakui, selama ini antrean di rumah sakit untuk kemoterapi pengidap kanker sangat panjang.

"Ini karena pertumbuhan JKN semakin hari makin banyak tapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan fasilitas kesehatan," ucap dia.

(Baca: Derita Ayu Agustin, Pengidap Kanker Payudara yang Tak Kunjung Dapat Kemoterapi)

Heri mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak RSUD Ciawi dan akan segera berkoordinasi dengan pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial agar Ayu mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Melalui sebuah video, Ayu yang mengidap kanker payudara memohon pertolongan netizen. Video itu diambil dan diunggah oleh teman Ayu, Fadila Zazkia Ulfa ke akun Instagram @fadilazu, Senin (25/9/2017).

Video tersebut langsung menyebar luas dan banyak mendapat perhatian serta simpati dari netizen.

"Buat teman-teman yang punya kepedulian lebih saya minta tolong untuk secepatnya di kemo (kemoterapi)," kata Ayu dalam video tersebut.

Ibu Ayu, Desi, mengaku sudah mendesak pihak dokter dan Rumah Sakit Fatmawati tempat Ayu berobat untuk segera menjadwalkan kemoterapi kepada anaknya. Namun, pihak dokter dan rumah sakit menolak.

Ayu baru diminta kembali ke RS Fatmawati pada 17 Oktober mendatang, itu pun untuk menjalani biopsi. Sementara jadwal untuk kemoterapi masih belum jelas.

"Kata dokter enggak bisa (dipercepat). Karena yang sakit begini bukan ratusan orang. Ribuan yang kena penyakit begini," kata Desi kepada Kompas.com.

Padahal, menurut dokter, kemoterapi penting untuk mengecilkan kanker yang tumbuh di payudara Ayu. Kemoterapi juga harus dijalani 6 sampai 12 kali setiap bulannya. Setelah kanker mengecil, baru lah operasi pengangkatannya dilakukan.

Di tengah jadwal kemoterapi yang belum jelas, kondisi Ayu semakin parah. Payudara Ayu yang sebelah kiri terus mengalami pembengkakan dan pendarahan. Ayu kesulitan untuk berjalan dan bernafas.

Desi juga sudah meminta agar Ayu yang kondisinya makin buruk bisa dirawat di rumah sakit. Namun, pihak dokter merasa hal tersebut tidak diperlukan.

"Kata dokter, kalau kanker enggak ada yang dirawat. Mau dirawat juga ngapain? Begitu-gitu juga. Mendingan di rumah. Di RS itu banyak yang menular karena tidak bagus," ujarnya.

Akhirnya, Desi bersama suami merawat Ayu dari rumah kontrakan mereka.

Sementara, Kepala Humas Rumah Sakit Fatmawati Atom Adam mengatakui bahwa Ayu tak bisa segera mendapatkan jadwal kemoterapi karena antrean yang panjang. Namun, Atom mengaku sudah mengabarkan kondisi terkini Ayu kepada pihak pelayanan medis.

(Baca: Viral Pasien Kanker Payudara Belum Dapat Kemoterapi, In Kata RS Fatmawati)

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/26/21400461/pengidap-kanker-payudara-ayu-agustin-kini-dirawat-di-rsud-ciawi

Terkini Lainnya

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke