Sebab, dari analisis radar lokal di lokasi tersebut, tidak terdeteksi partikel yang dimaksudkan sebagai hujan.
"Dari analisis radar di lokasi tersebut, dari sore 26 Agustus pukul 18.00-23.00 WIB tidak terdeteksi partikel yang dimaksudkan sebagai hujan," kata Andy kepada Kompas.com, Selasa (29/8/2017).
Menurut Andy, hujan lokal memang lazim di wilayah tropis seperti Indonesia. Hanya saja, kasus hujan di Tebet yang areanya terlalu sempit adalah fenomena yang patut diinvestigasi.
"Kasus tersebut areanya sangat sempit sekali sepertinya. Perlu diinvestigasi lebih lanjut tentang benarnya teradapat curah hujan di lokasi spesifik tersebut," kata dia.
Baca: Cerita Warga Tebet soal Hujan yang Hanya Turun di Rumahnya
Bahkan, kata Andy, tidak mungkin ada awan hujan yang skala luasnya hanya membasahi satu rumah.
"Secara fisis awan tidak memgkinkan adanya awan hujan dengan skala rumah. Misal Syarat radius area awan kumulus yang mencapai 7 kilometer," ujar Andy.
"Misalnya di daerah itu suhunya, udara, kelembapannya, arah kecepatan angin memenuhi syarat," ucap Hary kepada Kompas.com, Senin (28/8/2017).
"Fenomenanya memang belum ada. Tapi kalau ada awan jenuh di sekitar itu, dimungkinkan sekali terjadi turun hujan," kata Hary.
Baca: Hujan Hanya Basahi Satu Rumah di Tebet, Bagaimana Bisa Terjadi?
Oleh karena itu, kata dia, perlu kajian mendalam akan fenomena tersebut. "Yang menarik satu rumah, itu lokal sekali. Itu perlu penelitian lebih lanjut, dikaji lebih lanjut seperti apa, apakah itu proses alam atau apa?" ujarnya.
Kabar hujan lokal di Tebet ini sebelumnya menghebohkan warganet di Twitter. Akun @febicil, mencuit hujan itu terjadi di Tebet, Jakarta Selatan. Anehnya, hujan hanya membasahi satu rumah, kanan dan kiri rumah tersebut kering kerontang.
"Ada hujan yang turun di satu rumah doang di tebet, kiri kanan-nya kering!," ujar akun @febicil.
Baca: Menalar Hujan Satu Rumah di Tebet
https://nasional.kompas.com/read/2017/08/29/11063281/bmkg-analisis-radar-tak-temukan-hujan-di-satu-rumah-di-tebet