Pemerintah membubarkan HTI karena dinilai anti-Pancasila.
Akan tetapi, Wiranto mengaku heran dengan adanya penolakan dari sejumlah elemen masyarakat dan membela keberadaan HTI.
"Dibubarkan kok ya dibela. Dibilang (pemerintah) melanggar. Saya hanya heran," ujar Wiranto.
Menurut Wiranto, saat ini telah terjadi perubahan dinamika ancaman, dari yang bersifat konvensional dalam bentuk agresi militer menjadi serangan yang tidak mudah dideteksi.
Misalnya, penyebaran paham radikalisme, gerakan separatisme dan serangan siber.
Penyebaran paham radikalisme, kata Wiranto, sudah menyusup ke tengah masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi.
Tidak heran jika saat ini muncul fenomena serangan teror yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak terkait kelompok teroris tertentu atau "lone wolf".
"Ini yang repot. Ada demo radikal, kartel narkoba, ormas radikal. Penjara ada yang jadi pusat pelatihan teroris. Rakyat yang seharusnya menjadi alat pertahanan negara justru menjadi ancaman," kata Wiranto.
Oleh sebab itu, Wiranto berharap, seluruh elemen masyarakat termasuk lingkungan perguruan tinggi berperan dalam mengubah pola pikir masyarakat dengan menanamkan kesadaran bela negara.
"Kalau begini bagaimana? Maka perlu ada kesadaran bela negara. Harus diubah mindset masyarakat agar sadar mereka menjadi bagian yang terancam. Harus ditanamkan rasa memiliki negara ini," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/26/14564961/di-depan-rektor-dan-kopertis-wiranto-mengaku-heran-ada-yang-bela-hti