Salin Artikel

Perempuan dan Anak dalam Perangkap NIIS

Dua faktor yang menjadi latar belakang perempuan dan anak mudah teradikalisasi ialah pengaruh keluarga dan rasa terpinggirkan dari lingkungan sosial. Faktor keluarga menjadi faktor dominan.

Sebut saja GA (16), salah satu tersangka kasus bom Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Ia ditangkap karena diduga membantu ayahnya membeli bahan peledak.

Orangtua yang radikal dapat mewariskan pemahamannya kepada anak-anaknya. Selain GA yang diikutsertakan sang ayah, ada Umar Jundulhaq (19), anak Indonesia pertama yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Suriah, Oktober 2015. Umar adalah anak kandung Imam Samudera. Hingga ayahnya dieksekusi Oktober 2007, Umar aktif mengunjungi Imam dan bertekad mengikuti jejak ayahnya.

Keluarga tidak hanya berperan aktif, tetapi juga bisa memiliki peran pasif menjadikan seorang anak menjadi radikal. Misalnya, IAH (17), pelaku tunggal pengeboman Gereja Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, teradikalisasi karena kurangnya perhatian orangtua. Alhasil, ia mendapatkan ilmu-ilmu agama dari AA, salah satu tersangka terorisme. Melalui komunikasi di media sosial, IAH berinisiatif melakukan teror dengan iming-iming uang hingga Rp 10 juta.

Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, menilai, kerentanan anak-anak terhadap radikalisme disebabkan kondisi mereka yang tengah mencari jati diri. Ketika ajaran radikal lebih dominan, kemungkinan mereka "terjaring" dalam kelompok radikal semakin tinggi.

Bagi perempuan, faktor suami yang menjadi dominan. Arinda Putri Maharani (25) ditangkap atas kasus terorisme karena mengetahui aktivitas suaminya, M Nur Solihin (26), merencanakan teror. Begitu pula dengan Ika Puspitasari (34), yang diduga merencanakan aksi teror di Bali pada akhir 2016, berkeinginan menjadi "pengantin" aksi teror karena pengaruh keluarga di rumah.

Pengamat terorisme, Al Chaidar, menekankan, pengaruh sosok pria di dalam lingkungan internal, terutama keluarga, menjadi faktor utama seorang perempuan terpengaruh radikalisme. Sebab, perempuan murni menjadi "pengantin" karena pemahaman agama yang keliru, berbeda dengan pria yang termotivasi janji bidadari di surga ketika gugur dalam jihad.

Selain keluarga, perempuan dan anak mudah teradikalisasi karena pengaruh lingkungan sosial. Jayne Huckerby dalam artikelnya berjudul "When Women Become Terorists" di New York Times edisi Januari 2015 menyatakan, perasaan terpinggirkan merupakan faktor dominan yang dimanfaatkan kelompok radikal untuk menjaring perempuan.

Ini pula yang menyebabkan Dian Yulia Novi (27) ingin menjadi pelaku bom bunuh diri. Hidup teralienasi selama menjadi tenaga kerja Indonesia di Singapura dan Taiwan membuat ia menjadikan Facebook sebagai teman menjalani hari-hari. Dengan merasa diperhatikan, Dian pun setuju menikah dengan Solihin yang mendapat perintah langsung dari Bahrun Naim untuk mencari pengantin perempuan.

Meniru Romawi

Perekrutan anak dan perempuan memang menjadi misi utama NIIS. Loretta Napoleoni dalam bukunya, The Islamist Phoenix: The Islamic State (ISIS) and the Redrawing of the Middle East (2014), menyebutkan, cara itu dilakukan NIIS dengan meniru Kekaisaran Romawi. Perempuan dan anak menjadi syarat utama sebuah kekaisaran atau kekhalifahan dapat menjaga eksistensi di masa mendatang. Cara itu pun digunakan kelompok Al Qaeda.

"Di wilayah awal yang mereka rebut, NIIS pertama-tama mencari perempuan untuk dijadikan istri dan melatih anak-anak untuk menjadi tentara. Andai para laki-laki gugur dalam perang, mereka tak khawatir NIIS akan berakhir karena sudah ada anak-anak yang menjaga ideologi dan melanjutkan pertarungan," tulis Napoleoni.

Rencana teror dengan memanfaatkan perempuan dan anak adalah hal baru di Indonesia. Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, cara itu dilakukan karena mereka tidak dicurigai oleh masyarakat dan aparat penegak hukum.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kelompok radikal telah membentangkan jaring-jaring kepada perempuan dan anak. Dan, ketika perempuan dan anak sudah terperangkap dalam jaringan terorisme, kita semua akan dirugikan.

(MUHAMMAD IKHSAN MAHAR)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Januari 2017, di halaman 5 dengan judul "Perempuan dan Anak dalam Perangkap NIIS".

Catatan: Sesuai rekomendasi Dewan Pers, berita/opini ini telah dikoreksi pada 28 Februari 2024 pukul 10.35 WIB dengan mempertimbangkan kewajiban perlindungan terhadap anak. Pelaku GA dan IAH saat itu masih di bawah usia 18 tahun. 

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/12/17445421/perempuan-dan-anak-dalam-perangkap-niis

Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke