Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Usut Kasus Pengiriman 500 Detonator ke Pontianak

Kompas.com - 13/06/2017, 12:57 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto membenarkan adanya penggagalan pengiriman 500 butir detonator yang dikemas dalam 5 bungkus paket kiriman.

Penggagalan pengiriman dilakukan oleh Petugas keamanan kargo Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Minggu (11/6/2017) siang.

"Betul bahwa ada pengiriman detonator dari Sulawesi Selatan tepatnya dari Marros yang akan dikirim ke Pontianak," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (13/6/2017).

Setyo mengatakan, kemasan yang akan dikirim itu dilaporkan berisikan kue. Namun, berdasarkan pemindaian sinar-X, diketahui ada barang yang bukan kue.

"Maka dibuka, ternyata detonator. Jumlahnya 500 biji," imbuhnya.

(baca: Petugas Bandara Makassar Gagalkan Pengiriman 500 Detonator ke Pontianak)

Ia menambahkan, detonator ini merupakan bagian dari bahan peledak. Ada beberapa jenis detonator, misalnya, detonator listrik dan detonator sumbu, yang biasanya digunakan untuk membuat bom.

Menurut Setyo, sebenarnya pengiriman detonator ini sering terjadi. Pengiriman detonator biasanya berasal dari Talaud ke Sulawesi Selatan atau Sulawesi Tenggara.

Di sana, detonator tersebut biasanya diramu untuk membuat bom ikan.

"Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa dikirim ke Pontianak?" kata Setyo.

Saat ini, penyidik tengah melakukan pendalaman kasus ini. Data-data pengirim dan alamat penerima juga sudah diperoleh, dan akan dimintai keterangan.

"Tentu akan dimintai keterangan, karena itu pertanggungjawabannya berat. Kena Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. Ancamannya cukup berat, 12 tahun," pungkas Setyo. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com