Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mensos Ingatkan Keberagaman Bukan Alasan Pemecah Belah Bangsa

Kompas.com - 14/05/2017, 22:05 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, perlu adanya keikhlasan semua pihak dalam menghadapi persoalan bangsa dan perbedaan pendapat yang belakangan mengemuka.

Dengan demikian, terbentuk toleransi antar warga Indonesia agar tidak terjadi perpecahan. Ia mengingatkan bahwa keberagaman itu bukanlah alasan pemecah persatuan bangsa.

"Perjalanan sejarah bangsa mencatat bahwa bangsa ini berdiri di atas keberagaman, dan kita dapat hidup berdampingan secara damai," kata Khofifah melalui siaran pers, Minggu (14/5/2017).

Khofifah mengatakan, Indonesia menjadi bangsa yang besar justru karena kebinekaannya. Sampai saat ini, kata dia, perbedaan itu menjadi bagian dari kekayaan kearifan bangsa.

Suku, agama, warna kulit, tradisi, bahasa dan perbedaan pendapat satu kelompok dengan yang lain dapat berjalan secara harmoni. Ia menyebut adanya perbedaan pandangan menjelang Ramadan mengenai salat tarawih.

Baca: Mendikbud Imbau Guru Ajarkan Keberagaman di Sekolah

Di satu masjid salat tarawih 8 rakaat, di masjid lainnya 20 rakaat. Perbedaan semacam ini, kata dia, hendaknya disikapi dengan bijak dan tidak perlu dibesar-besarkan.

Contoh lainnya yakni pengucapan salam di setiap daerah yang berbeda-beda. Misalnya, warga Jawa Barat menyapa dengan "sampurasun", kemudian dijawab "rampes".

Di Nias, mereka menyapa dengan mengucap "ya ahowu". Di Batak, sapaan khas mereka adalah "horas". Di Pegunungan tengah Papua, sebagian besar mereka bersalam dengan berucap "wah wah wah wah wah", dan sebagainya.

Oleh karena itu, kata Khofifah, jika ada perbedaan paham atau pendapat, maka hendaknya semua pihak dapat menahan diri dan tidak mudah terprovokasi yang nantinya akan merugikan bangsa.

Khofifah mengakui banyak tantangan dan ancaman yang menginginkan Indonesia terpecah-belah. Tantangan ini tidak hanya dihadapi Indonesia, namun juga negara-negara lain, seperti Afrika, Timur Tengah, Pakistan, dan Afganistan.

Baca: Jokowi: Indonesia Jadi Rujukan Kelola Keberagaman

"Tentu kita harus menjaga jangan sampai terjadi konflik yang berdampak pada perpecahan," kata Khofifah.

Khofifah mengimbau warga Indonesia untuk memperkuat persaudaraan kebangsaan serta persaudaraan sesama warga bangsa.

"Jangan mudah terprovokasi lantas mudah marah dan tersinggung. Jangan sampai khusnudzon (prasangka baik) tergeser menjadi suudzon (prasangka buruk)," kata dia.

Khofifah juga mengajak semua pihak untuk menyatukan langkah membangun negeri dan menjaga NKRI.

Bagi umat Islam, kata dia, perbanyak shalawat kepada nabi agar hati tentram dan mampu berpikir jernih menghadapi setiap perbedaan dan persoalan.

Jika bangsa ini aman dan damai, masyarakat dapat tenang beribadah, nyaman beraktivitas, dan bisa bekerja dengan baik.

"Bangsa ini tidak bisa disebut Indonesia jika tidak ada NTT, Bali, Papua, Jawa Timur dan sebagainya. Itulah persaudaraan yang kita bangun. Jangan pernah berhenti mencintai negeri ini, yang telah memberikan banyak hal kepada kita," kata Khofifah.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menilai Indonesia sedang berada dalam demokrasi kebablasan. Tingginya suhu politik selama 5 bulan terakhir membuat bangsa lupa akan peningkatan ekonomi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com