Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Risiko Bencana, BNPB Ingin Lakukan Penyuluhan di Tempat Ibadah

Kompas.com - 06/05/2017, 06:46 WIB
Moh. Nadlir

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu Wijaya mengatakan pihaknya menggunakan berbagai cara untuk melakukan penyuluhan antisipasi kebencanaan.

Dia mengungkapkan bahwa penyuluhan itu salah satunya dilakukan di masjid dan fokus pada pra kebencanaan atau pencegahan.

"Itu fokusnya lebih ke arah preventif. Pengurangan risiko bencana sebelum kejadian. Kami penyuluhan melalui masjid. Sudah ada di Padang, tapi sifatnya lokal," kata Wisnu, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Wisnu berharap program penyuluhan melalui masjid itu diterapkan secara nasional. Karenanya, BNPB bekerjasama dengan Dewan Masjid Indonesia, Ikatan Ahli Bencana Indonesia, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, untuk merealisasikannya.

"Jadi semua kekuatan kita bersatu, mengurangi dampak kerugian akibat bencana. Target kami korban kurang, jumlah yang terdampak kurang, kerusakan kurang, kemudian kerugian ekonomi kami kurangi," ujar dia.

Menurut Wisnu, melalui khotbah, kesadaran akan penanggulangan bencana dan menjaga keseimbangan alam akan terus digalakkan.

"Nanti kalau khotbah, itu disampaikan. Itu caranya seperti ini, kami harus ramah lingkungan. Karena bencana saat ini banyak hidrometrologi atau hujan, 90 persen," ujar Wisnu.

(baca: BNPB Sebut Fenomena Hujan Es Tak Berdampak Merusak, Ini Penjelasannya)

"Karena apa, karena ulah manusia merusak alam. Dengan merusak itu, panennya kita juga panen bencana. Bahkan 2016, itu meningkat 39 persen. Dari sekitar 1.000 berapa menjadi 2.384 kejadian," ucap Wisnu.

Wisnu mengaku khawatir jumlah korban dan daerah terdampak bencana akan bertambah banyak jika tidak dilakukan penyuluhan mengantisipasi terjadinya bencana.

"Jika kita hanya begini-begini saja, pasrah saja, korban akan terus dan kita akan terkaget-kaget. Jadi ini yang kami yakinkan melalui masjid. Karena bencana itu selalu multidimensi, dan persepsi. Artinya, bahwa tiap orang berbeda-beda," kata Wisnu.

Tak hanya masjid, BNPB juga ingin melakukan penyuluhan di gereja, dan penyuluhan berbalut acara kesenian serta budaya.

"Kita harapkan gereja nanti juga ada. Jadi melalui religi. Karena semuanya berhak untuk dilindungi dan berhak untuk mendapatkan informasi (mencegah bencana terjadi)," ujar Wisnu.

Ancaman longsor

Wisnu mengingatkan, ancaman terbesar bencana alam tahun ini adalah longsor. Menurut Wisnu, longsor bisa terjadi karena dipicu tingginya curah hujan.

Karenanya, kata Wisnu, BNPB menyediakan peralatan penanggulangan bencana yang disebar di sejumlah wilayah rawan bencana sebagai langkah antisipasi.

"Sejak 2016 hujan terus. Artinya tanah sudah jenuh dan ada sedikit perubahan karakter dari hujan. Begitu kena hujan cukup tinggi, longsor. Itu bencana paling mematikan di Indonesia," ujar dia.

Kompas TV Simulasi Penanganan Bencana Gempa Bumi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com