Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2017, 06:13 WIB

oleh: Daoed Joesoef

Hidup bukan bagai pisang berkubak, tidak disajikan serba jadi oleh "the invisible hand" kepada kita. Setiap kali sesudah melangkah, kita harus bersiap menentukan langkah selanjutnya.

Maka, setiap orang, pada suatu ketika, di sesuatu tempat, harus mengambil keputusan-mengenai esensial-di antara banyak perbuatan yang harus dilakukan manusia di dalam perjalanan hidupnya. Orang tak dapat mengelakkannya dengan dalih apa pun. Sebab, pada asasnya, tidak mengambil sesuatu keputusan dalam dirinya sudah merupakan satu keputusan dan yang terburuk dalam jenisnya.

Keputusan ini dapat menyangkut kepentingan diri sendiri, bisa pula melibatkan nasib, bahkan hidup-matinya orang lain ataupun orang-orang lain. Semakin banyak jumlah orang yang secara langsung terkena oleh keputusan yang diambil seseorang, semakin beratlah sifat keputusan tadi. Apabila kita perhitungkan pula mekanisme yang tidak langsung, dapat kiranya dikatakan bahwa tak ada satu pun keputusan yang tidak langsung tidak akan menyinggung keadaan orang lain.

(Baca juga edisi khusus Virtual Interaktif Kompas edisi khusus Kartini di tautan ini: "Menjaga Api Kartini")

Peran pendidikan

Harus diakui, sesuatu keputusan acap kali tak hanya didasarkan pikiran, pertimbangan nalariah. Hati, pertimbangan perasaan, juga ikut berperan. Filosof-matematikawan Pascal pernah berujar, "le coeur a sa raison que la rasion ne peut pas expliquer"-the heart has its reason when reason cannot explain; hati punya penalarannya sendiri jika nalar tidak bisa menjelaskan.

Berarti hati dengan perasaannya, bahkan naluri dekat juga ditata dan dibuat rasional, melalui membaca, menulis, belajar berpikir teratur, dan latihan penalaran secara sadar dan sengaja adalah intisari dari usaha manusia yang lazimnya disebut "pendidikan". Dari sini terlihat betapa penting usaha pendidikan yang dapat membantu manusia mampu mengambil keputusan secara sadar dan berimbang.

Pendidikan merupakan usaha yang dikembangkan oleh Raden Ajeng (RA) Kartini dengan sekuat tenaganya. Bahwa usaha pendidikan ini secara eksplisit ditujukan ke arah kaumnya, yaitu kaum perempuan, membuat usahanya ini punya makna sangat fundamental, lebih-lebih jika ia dilihat dalam rangka situasi kehidupan perempuan ketika itu.

Usaha pendidikan perempuan yang dipelopori dan dikembangkan Kartini, secara esensial, membantu kaum perempuan mengambil keputusannya sendiri, menentukan langsung derajat kebebasannya. Sebab, ada-tidaknya kebebasan bukanlah fungsi dari ada-tidaknya kesempatan memilih, tetapi bergantung ada-tidaknya kemampuan orang untuk mengambil sendiri keputusan yang pada satu ketika harus dilakukannya. Jadi sebenarnya makna dari usaha pendidikan perempuan yang dikembangkan Kartini tak hanya berdasarkan pembangkitan kebiasaan membaca, menulis, dan belajar secara teratur. Makna itu jadi lebih besar dan menentukan bagi jalannya kehidupan kaum perempuan meningkatkan kemampuannya mengambil keputusan dan melalui kemampuan itu meningkatkan derajat kebebasannya.

Kebebasan dalam arti mampu mengambil sendiri keputusan yang harus diambilnya, dan tak diambilkan orang lain di luar dirinya-apakah itu "orangtua", "paman", "abang", "suami" atau "siapa saja"-hanya dengan dalih bahwa dia "perempuan" karenanya tergolong "kaum lemah" yang, per definisi, "harus dilindungi", dengan sendirinya "perlu perlindungan" tanpa ditanya atau diminta. Dengan begini menjadi jelas betapa besar makna dan peranan pendidikan bagi kaum perempuan yang dipelopori dan dikembangkan Kartini di zamannya. Tidak hanya bagi "kebebasan perempuan", tetapi bagi "manusia Indonesia" itu sendiri.

Pertama, karena pengertian kebebasan riil hanya berhubungan dengan makhluk manusia, bukan dengan makhluk binatang berhubung yang harus mengambil keputusan secara sadar adalah manusia dan bukannya hewan.

Kedua, karena manusia, termasuk perempuan, dapat memperbesar kebebasannya hanya melalui kesanggupannya memasukkan "pertimbangan rasional dan penalaran" ke dalam setiap keputusan yang akan diambilnya di dalam sesuatu situasi tertentu. Melalui pertumbuhan kebebasan ini, manusia-termasuk perempuan-bergerak ke arah menyempurnakan dirinya.

Ketiga, penalaran dan melalui penalaran ini, rangkaian keputusan yang diambil oleh seorang ibu menentukan sekali bagi pembinaan karakter dan mentalitas anak-anaknya sendiri. Bukankah kinerja di dalam diri seseorang bergantung pada rangkaian tantangan dan dorongan, dalam bentuk tuntutan pencapaian usaha serta kepercayaan pada diri sendiri, yang diputuskan dan dihadapkan pada dirinya oleh orangtuanya, terutama oleh ibunya.

Keempat, masyarakat berkepentingan tidak hanya memiliki warga yang bersedia mengabdi, juga warga yang punya kesanggupan mengabdi, melalui kemampuan untuk mengambil keputusan, terutama keputusan yang membantu perkembangan karakter dan penalaran anak- anak yang diharapkan kelak dapat menjamin kesinambungan hidup masyarakat bersangkutan.

Hidup yang singkat

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com