Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berstatus Terdakwa, Bambang W Soeharto Masuk Kepengurusan Hanura

Kompas.com - 22/02/2017, 21:39 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Nama Bambang Wiratmadji Soeharto diketahui menjadi salah satu pengurus DPP Hanura 2016-2020 yang dilantik, Rabu (22/2/2017).

Untuk diketahui Bambang merupakan terdakwa dalam kasus dugaan suap penanganan perkara pemalsuan sertifikat lahan yang menjerat Kepala Kejaksaan Negeri Praya, Nusa Tenggara Barat, Subri. Kasus itu ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana mengatakan, Bambang ditunjuk sebagai salah satu Wakil Ketua Dewan Pembina.

Faktor senioritas dan sekaligus salah satu tokoh pendiri Hanura, menjadi alasan penunjukkan tersebut.

(Baca: KPK Tetapkan Politisi Hanura Bambang W Soeharto sebagai Tersangka)

“Pak Bambang W Soeharto kan salah satu tokoh pendiri Hanura, jadi tentunya beliau sebagai salah satu sesepuh tidak bisa dilepaskan dari sejarah Hanura. Maka, tentunya wajar kalau kemudian beliau masuk sebagai salah satu dewan pembina,” kata Dadang dalam pesan singkat.

Sebagai Dewan Pembina, jabatan yang dipegang Bambang cukup penting. Pasalnya, Dewan Pembina dilibatkan oleh DPP Hanura dalam mengambil keputusan sifatnya strategis.

“Tentu Ketua Umum yang akan menentukan mana hal yang dianggap strategis. Ya, diantaranya (tugas Dewan Pembina memberi masukan) dalam penentuan calon presiden atau pemimpin lembaga negara lainnya,” kata Dadang.

Saat disinggung soal status hukum Bambang, Dadang enggan menanggapinya. Jawaban serupa juga diberikan saat ditanya soal pengistimewaan Bambang dalam pemberian posisi tersebut.

No comment,” singkat Dadang.

Untuk diketahui, Hanura sebelumnya pernah memecat salah satu kadernnya, Dewie Yasin Limpo, lantaran diduga menerima suap dalam proyek pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten Deiyai, Papua.

Saat itu, Hanura bahkan sempat menyampaikan permohonan maaf atas perbuatan tercoreng yang dilakukan kadernya.

Status terdakwa Bambang ditegaskan KPK. Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, kasus yang menyeret Bambang terus berjalan. 

"Tentu saja ketika status yang bersangkutan masih terdakwa, KPK sesuai undang-undang tidak bisa menghentikan perkara. Maka kasus tersebut akan tetap berjalan dan tetap ditangani KPK," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah, di Gedung KPK Jakarta, Rabu (22/2/2017).

(Baca: Politisi Hanura Bambang W Soeharto Masih Berstatus Terdakwa Korupsi)

Bambang ditetapkan sebagai tersangka sejak 2014 silam. Kasusnya bergulir di pengadilan pada 2015.

Bambang diduga memberikan sesuatu kepada Subri berkaitan dengan perkara dugaan pemalsuan dokumen lahan dengan terdakwa Sugiharto alias Along.

Pemberian suap diduga dilakukan melalui Lusita, yang tertangkap tangan bersama Subri di sebuah kamar hotel di Lombok pada Minggu (15/12/2013).

KPK menetapkan Subri dan Lusita sebagai tersangka suap dengan barang bukti uang yang bernilai sekitar Rp 213 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com